Youtube

Sejarah Alternatif: Apa Jadinya Jika Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan Menjadi Negara Konstituen Belanda

NAVIGASI.in – Dalam sejarah asli, integrasi wilayah Sumatra bagian selatan ke Republik Indonesia melalui periode Revolusi Kemerdekaan terjadi antara 1945–1950. Namun skenario bisa saja berbeda. Dalam sejarah alternatif ini, Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan tidak bergabung dengan Republik, melainkan memilih menjadi negara konstituen dalam Kerajaan Belanda bersama Aruba, Curaçao, dan Sint Maarten.

Sejarah Alternatif: Apa Jadinya Jika Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan Menjadi Negara Konstituen Belanda
Sejarah Alternatif: Apa Jadinya Jika Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan Menjadi Negara Konstituen Belanda


Artikel sangat panjang ini—sekitar 3000–4000 kata—menguraikan secara rinci bagaimana bentuk politik, ekonomi, sosial, budaya, dan masa depan wilayah-wilayah tersebut jika mereka memutuskan jalur yang berbeda dalam periode krusial 1945–1950.

Pendahuluan: Pergeseran Politik Sumatra Selatan 1945–1950

Pada masa 1948–1950, Belanda secara aktif mendorong pembentukan negara-negeri federal melalui skema Republik Indonesia Serikat (RIS). Salah satu entitas yang sempat muncul dalam sejarah nyata adalah Negara Sumatra Selatan. Walaupun tidak bertahan lama dan tidak memiliki dukungan rakyat luas, negara ini memperlihatkan bahwa tatanan federal sebenarnya pernah menjadi opsi realistis.

Sejarah Alternatif: Apa Jadinya Jika Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan Menjadi Negara Konstituen Belanda
Sejarah Alternatif: Apa Jadinya Jika Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan Menjadi Negara Konstituen Belanda


Dalam sejarah alternatif ini, Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan memutuskan mengambil arah berbeda. Mereka menolak melebur dengan Republik Indonesia dan justru menegosiasikan status yang lebih kuat dengan Kerajaan Belanda, yaitu menjadi sebuah negara konstituen yang memiliki otonomi lokal luas, paspor Belanda, dan hubungan langsung dengan Den Haag.

Bentuk Negara: Koninkrijkstaat Zuid-Sumatra

Pada tahun 1949, setelah Konferensi Meja Bundar, para pemimpin lokal dari Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan memutuskan membentuk entitas baru bernama Koninkrijkstaat Zuid-Sumatra (Negara Kerajaan Sumatra Selatan). Negara konstituen ini setara kedudukannya dengan Aruba dan Curaçao.

Sejarah Alternatif: Apa Jadinya Jika Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan Menjadi Negara Konstituen Belanda
Sejarah Alternatif: Apa Jadinya Jika Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan Menjadi Negara Konstituen Belanda


Negara konstituen baru ini terdiri dari tiga sub-negara bagian:

  • Lampung State – dengan ibu kota Tanjungkarang–Teluk Betung
  • Bengkulu State – dengan ibu kota Bengkulu
  • Palembang–Ogan State – dengan ibu kota Palembang

Ketiga wilayah ini memiliki parlemen lokal, perdana menteri masing-masing, dan satu parlemen gabungan yang bekerja sama dengan perwakilan Kerajaan Belanda di Den Haag.

Sama seperti Aruba dan Curaçao, Zuid-Sumatra mengatur pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan perdagangan secara mandiri, sementara Belanda menangani pertahanan, diplomasi luar negeri, dan integritas konstitusi.

Bagian I: Lampung sebagai Negara Konstituen Belanda

1. Transformasi Politik dan Pemerintahan

Begitu Lampung resmi menjadi bagian dari Zuid-Sumatra, pemerintahan daerah mengalami perubahan besar. Sistem adat Pepadun dan Saibatin tetap dipertahankan, namun modernisasi kelembagaan diperkenalkan Belanda, termasuk struktur parlemen daerah, pengadilan administratif, dan sistem birokrasi berstandar Eropa.

Lampung State memiliki Prime Minister of Lampung dan kabinet lokal, dengan kebijakan yang cenderung pragmatis, berorientasi ekonomi, serta pro-investasi. Pemilihan umum dilakukan setiap empat tahun mengikuti standar Kerajaan Belanda.

2. Ekonomi Lampung: Transformasi Menuju Wilayah Kaya

Dengan status konstituen, Belanda mengucurkan modal besar ke Lampung, terutama pada sektor-sektor berikut:

  • perkebunan kopi di Lampung Barat dan Tanggamus,
  • karet dan sawit di Way Kanan, Mesuji, Tulang Bawang,
  • pelabuhan bebas di Panjang yang diupgrade menjadi pelabuhan standar Eropa,
  • infrastruktur listrik dan rel kereta api hingga Krui–Liwa–Kotabumi.

Sejak tahun 1970-an, Lampung tumbuh menjadi pusat industri agro modern. Produk kopi Lampung masuk ke pasar Amsterdam, Rotterdam, Hamburg, dan London tanpa tarif, menjadikan Lampung salah satu pemasok kopi paling penting di Eropa.

3. Pendidikan dan Kebudayaan

Lampung mengalami lonjakan besar dalam pendidikan. Banyak keluarga Lampung mengirim anak mereka ke Leiden, Utrecht, dan Groningen. Bahasa Belanda menjadi bahasa resmi kedua, sementara bahasa Lampung diakui dan dipromosikan sebagai bahasa pendidikan lokal.

Selain itu, program kebudayaan membuat seni tari Lampung, seperti Melinting dan Sigeh Pengunten, sering dipentaskan dalam festival Eropa.

4. Mobilitas Sosial dan Urbanisasi

Bandar Lampung berubah menjadi kota modern mirip Willemstad atau Oranjestad. Sementara Metro menjadi kota universitas, tempat dibangunnya Universitas Koninklijk Lampung pada tahun 1972.

Pertumbuhan ekonomi tinggi menarik banyak pekerja migran dari Jawa, Madura, dan Sunda, tetapi mereka datang sebagai tenaga kerja legal, bukan transmigrasi besar-besaran. Pengaruh ini menciptakan keragaman budaya yang diatur dengan kebijakan integrasi ala Belanda.

Bagian II: Bengkulu sebagai Negara Konstituen Belanda

1. Stabilitas Politik dan Integrasi Eropa

Bengkulu, wilayah yang secara historis relatif tenang, mendapatkan dorongan besar ketika menjadi bagian dari Zuid-Sumatra. Dengan posisi geografis yang strategis di pesisir Samudra Hindia, Bengkulu menjadi kota pelabuhan yang dilibatkan dalam jaringan perdagangan Belanda menuju Afrika dan Eropa.

Pemerintah Bengkulu State menjalankan pemerintahan yang efisien. Korupsi ditekan ketat karena adanya lembaga pengawas keuangan Belanda.

2. Ekonomi Pariwisata dan Lingkungan

Bengkulu menjadi pusat wisata Belanda di Asia. Pantai Panjang, Teluk Segara, dan kawasan Enggano dikembangkan sebagai resort kelas dunia. Belanda berinvestasi membangun:

  • hotel-hotel pantai standar Eropa,
  • bandara internasional kecil,
  • balai konservasi Raflesia arnoldii,
  • jalan pesisir Bengkulu–Mukomuko,
  • pelabuhan wisata yacht.

Benteng Marlborough menjadi ikon sejarah yang dipugar besar-besaran.

3. Pendidikan dan Kesehatan

Bengkulu diberi fokus khusus dalam bidang lingkungan dan biologi. Pada 1984, universitas riset Bencoolen Institute of Ecology dibangun bekerja sama dengan Wageningen University. Penelitian laut, hutan tropis, dan botani menjadikan Bengkulu pusat studi biodiversitas paling maju di Asia Tenggara.

Dukungan kesehatan mengikuti standar Eropa: rumah sakit modern, penanganan penyakit tropis, dan layanan gratis bagi warga.

4. Tingkat Kemakmuran

Dengan industri pariwisata kelas atas, ekspor pertanian, dan pendidikan, Bengkulu menjadi wilayah kecil namun sangat kaya, dengan GDP per kapita hampir setara Aruba dan Curaçao.

Bagian III: Sumatera Selatan sebagai Negara Konstituen Belanda

1. Politik dan Administrasi

Sumatera Selatan menjadi pusat pemerintahan Zuid-Sumatra. Palembang sebagai ibu kota negara konstituen memiliki gedung parlemen, kantor gubernur kerajaan, dan fasilitas diplomatik Belanda.

Sistem ini membuat Palembang berkembang sangat cepat. Kota ini menjadi pusat birokrasi modern, mirip Willemstad—tetapi skalanya jauh lebih besar.

2. Migas dan Industri Energi

Keputusan paling besar dalam sejarah Zuid-Sumatra adalah ketika Belanda mengembangkan ladang minyak dan gas di:

  • Pendopo,
  • Rimau,
  • Prabumulih,
  • Musi Banyuasin.

Shell, Gasunie, dan perusahaan energi Belanda mendominasi eksplorasi. Sumatera Selatan berubah menjadi “Norwegia-nya Asia Tenggara”. Pendapatan migas mengalir ke dana abadi negara konstituen (sovereign fund), yang kemudian digunakan untuk membangun:

  • jalan tol modern Palembang–Lampung–Bengkulu,
  • jaringan rel listrik hingga Kayuagung–OKU–Lahat,
  • kota baru administratif di Jakabaring.

3. Modernisasi Sungai Musi

Sungai Musi direvitalisasi seperti sungai Rhein. Kapal-kapal kargo Eropa hilir mudik di bawah Jembatan Ampera yang diperlebar dan diperkuat. Kawasan aliran sungai diubah menjadi pusat wisata, galeri seni, dan jalur trem air.

4. Pendidikan dan Sosial

Sumatra Selatan memiliki tingkat pendidikan sangat tinggi karena program beasiswa Belanda. Banyak alumninya menjadi diplomat, ilmuwan, atau manajer Shell dan KLM.

Kota Palembang dipenuhi komunitas Indo—keturunan campuran Palembang-Belanda yang mendominasi bisnis migas, perdagangan internasional, serta industri kreatif.

Dampak Gabungan: Negara Konstituen Belanda Paling Maju di Asia Tenggara

1. GDP Per Kapita

Pada tahun 2025, GDP per kapita Zuid-Sumatra diperkirakan mencapai:

USD 34.000–38.000

Ini menempatkannya setara dengan Singapura, jauh di atas Malaysia, Indonesia, dan Thailand.

2. Upah Minimum

Mengikuti standar Aruba dan Curaçao, UMR Zuid-Sumatra berada pada kisaran:

Rp 25–32 juta per bulan

Sementara pekerja sektor migas dapat memperoleh 2–3 kali lebih tinggi.

3. Hubungan dengan Indonesia

Indonesia tetap menjadi mitra dagang utama Zuid-Sumatra, mengimpor minyak dan gas. Sementara negara konstituen ini mengimpor tenaga kerja dan produk makanan dari Jawa dan Sumatra Utara.

4. Stabilitas Sosial dan Politik

Tidak ada peristiwa G30S, tidak ada Orde Baru, tidak ada konflik kedaerahan, dan tidak ada radikalisasi. Kehidupan politik mengikuti standar Belanda yang demokratis, progresif, dan seimbang.

Kesimpulan: Jalan Sejarah yang Menghasilkan Asia Tenggara yang Berbeda

Jika Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan memilih menjadi negara konstituen Belanda, peta politik dan ekonomi Asia Tenggara akan berubah drastis. Mereka akan menjadi wilayah paling maju di Indonesia, bersaing dengan Singapura dari sisi ekonomi, pendidikan, dan stabilitas sosial.

Pusat energi Sumatra Selatan, pariwisata Bengkulu, dan industri agro Lampung akan menciptakan blok ekonomi kuat yang menjadikan seluruh Zuid-Sumatra sebagai wilayah berpengaruh di lingkup Kerajaan Belanda, Eropa, dan Asia.

Inilah gambaran sejarah alternatif yang menunjukkan bagaimana satu keputusan politik di masa lalu dapat mengubah masa depan secara keseluruhan.

Post a Comment for "Sejarah Alternatif: Apa Jadinya Jika Lampung, Bengkulu, dan Sumatera Selatan Menjadi Negara Konstituen Belanda"