Youtube

JPMorgan: Adopsi Kripto Institusional Masih Dini tetapi Semakin Cepat

NAVIGASI.in – Sebuah laporan terbaru dari JPMorgan memicu perbincangan luas di kalangan pelaku pasar kripto. Dalam laporan itu, bank investasi global tersebut menyatakan bahwa institutional crypto adoption atau adopsi aset kripto oleh institusi besar masih berada pada tahap awal, namun pertumbuhannya semakin cepat. Kesimpulan ini tidak hanya didasarkan pada analisis data pasar, tetapi juga pada perkembangan regulasi, teknologi, dan minat investor institusional yang terus meningkat.

JPMorgan: Adopsi Kripto Institusional Masih Dini tetapi Semakin Cepat
JPMorgan: Adopsi Kripto Institusional Masih Dini tetapi Semakin Cepat


Institusi Mulai Melirik Kripto Secara Serius

Menurut laporan itu, salah satu faktor kunci yang mendorong percepatan adopsi adalah semakin jelasnya regulasi kripto di berbagai negara. JPMorgan menyoroti dua peristiwa penting yang terjadi baru-baru ini: pertama, disahkannya GENIUS Act yang memberikan kejelasan regulasi bagi industri aset digital, dan kedua, IPO perusahaan Bullish (induk CoinDesk) pada Agustus lalu yang menandai tonggak sejarah bagi sektor ini.

Kombinasi dari dua peristiwa tersebut telah membantu mengubah sentimen pasar. Sebelumnya, banyak investor institusional yang masih ragu masuk ke pasar kripto karena ketidakjelasan hukum dan risiko regulasi. Namun, kini situasinya mulai berubah. Regulasi yang lebih jelas memberikan kepastian hukum bagi bank, dana pensiun, manajer aset, dan perusahaan publik yang ingin menempatkan sebagian portofolionya ke aset digital.

Data Kepemilikan Kripto oleh Institusi

JPMorgan mencatat bahwa saat ini sekitar 25% dari produk investasi berbasis bitcoin yang diperdagangkan di bursa (bitcoin exchange-traded products) dimiliki oleh institusi. Angka ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dua tahun lalu ketika kepemilikan institusional hanya berkisar 10-12%. Dengan jumlah produk berbasis kripto yang terus bertambah, termasuk ETF spot Bitcoin dan Ethereum di berbagai negara, tren ini diperkirakan akan berlanjut.

Selain itu, survei terbaru dari Ernst & Young (EY) menemukan bahwa 85% perusahaan keuangan dan korporasi besar telah memiliki atau berencana memiliki eksposur terhadap aset digital pada tahun depan. Eksposur ini bisa berupa kepemilikan langsung aset kripto seperti Bitcoin dan Ethereum, atau melalui produk derivatif, dana investasi, maupun penyediaan layanan yang terkait dengan teknologi blockchain.

Ether dan Solana Jadi Primadona

Menariknya, JPMorgan menyoroti dua aset kripto utama yang menjadi favorit institusi: Ethereum (ETH) dan Solana (SOL). Ethereum tetap menjadi pilihan populer karena posisinya sebagai platform smart contract terbesar di dunia. Dengan transisi penuh ke mekanisme proof-of-stake dan fokus pada skalabilitas melalui layer-2 solutions, Ethereum dinilai siap menjadi infrastruktur keuangan terdesentralisasi (DeFi) yang lebih efisien.

Sejak disahkannya GENIUS Act, harga ETH melonjak sekitar 20%, menandakan optimisme pasar terhadap masa depan jaringan ini. Sementara itu, Solana yang dikenal karena kecepatan dan biaya transaksi yang sangat rendah juga mencatat kenaikan 17% pada periode yang sama. JPMorgan melihat Solana sebagai alternatif menarik bagi institusi yang menginginkan infrastruktur blockchain dengan throughput tinggi untuk aplikasi berskala besar seperti tokenized assets dan decentralized exchanges.

Faktor Pendorong Lainnya

Selain regulasi, ada beberapa faktor lain yang mendorong percepatan adopsi kripto oleh institusi:

  • Inovasi Produk: Hadirnya ETF spot Bitcoin dan Ethereum di Amerika Serikat dan Eropa membuka pintu bagi institusi untuk berinvestasi dengan cara yang lebih aman dan terregulasi.
  • Kemitraan Strategis: Perusahaan raksasa teknologi seperti Google Cloud, Microsoft, dan Amazon Web Services semakin banyak menyediakan solusi blockchain-as-a-service, memudahkan integrasi aset digital ke dalam sistem perusahaan.
  • Krisis Likuiditas Global: Banyak institusi mencari aset alternatif untuk melindungi nilai portofolio dari inflasi dan ketidakpastian ekonomi. Kripto dianggap sebagai salah satu aset yang berpotensi menjadi lindung nilai di masa depan.
  • Peningkatan Infrastruktur: Bursa kripto besar kini menerapkan standar keamanan dan kepatuhan yang sejalan dengan industri keuangan tradisional, sehingga meningkatkan kepercayaan institusi.

Tantangan yang Masih Ada

Meski tren ini tampak menjanjikan, adopsi kripto oleh institusi masih menghadapi sejumlah tantangan. Volatilitas harga kripto tetap menjadi hambatan utama. Meskipun likuiditas pasar meningkat, fluktuasi harga yang tajam dapat menjadi risiko bagi dana pensiun atau perusahaan asuransi yang memiliki kewajiban jangka panjang.

Selain itu, meskipun regulasi mulai jelas di beberapa negara, belum semua yurisdiksi memiliki kerangka hukum yang mendukung. Beberapa negara bahkan masih melarang perdagangan kripto. Tantangan lain termasuk risiko keamanan siber, kebutuhan akan custody solution yang terpercaya, dan ketergantungan pada teknologi yang masih berkembang.

Peran Tokenisasi Aset

JPMorgan juga menekankan pentingnya tren tokenisasi aset di masa depan. Bank tersebut memperkirakan bahwa pasar tokenisasi global dapat mencapai triliunan dolar dalam dekade mendatang. Tokenisasi memungkinkan aset tradisional seperti obligasi, saham, real estat, bahkan karya seni untuk diubah menjadi token digital yang dapat diperdagangkan di blockchain. Hal ini dapat meningkatkan likuiditas, transparansi, dan efisiensi pasar.

Dalam konteks ini, Ethereum dan Solana dipandang sebagai infrastruktur yang ideal karena mendukung smart contract yang kompleks dan biaya transaksi yang semakin rendah. Beberapa bank besar sudah menguji coba penerbitan obligasi berbasis blockchain menggunakan jaringan publik maupun permissioned blockchain.

Prediksi JPMorgan

JPMorgan memprediksi bahwa dalam lima tahun ke depan, adopsi kripto institusional akan meningkat dua hingga tiga kali lipat. Jika saat ini 25% kepemilikan ETP bitcoin berasal dari institusi, maka pada tahun 2030 angka itu bisa melampaui 60%. Pertumbuhan ini akan membawa dampak besar bagi pasar, meningkatkan likuiditas, dan menurunkan volatilitas harga seiring semakin banyaknya pemain institusional.

Bahkan, JPMorgan memperkirakan bahwa kapitalisasi pasar kripto bisa mencapai USD 10 triliun pada awal dekade berikutnya jika tren adopsi berlanjut dengan kecepatan saat ini. Hal ini akan menempatkan kripto sejajar dengan kelas aset utama seperti emas dan real estat.

Kesimpulan

Laporan JPMorgan memberikan sinyal positif bagi ekosistem kripto. Dengan regulasi yang semakin jelas, minat institusional yang meningkat, dan perkembangan teknologi blockchain yang pesat, masa depan kripto tampak semakin cerah. Meski tantangan masih ada, momentum adopsi semakin kuat, dan para pelaku industri optimistis bahwa aset digital akan menjadi bagian integral dari sistem keuangan global di masa depan.

Para investor, baik ritel maupun institusi, diharapkan tetap berhati-hati dan melakukan riset mendalam sebelum mengambil keputusan. Namun, satu hal yang jelas: kripto bukan lagi fenomena sementara, melainkan transformasi besar yang akan membentuk ulang lanskap keuangan dunia.

Post a Comment for "JPMorgan: Adopsi Kripto Institusional Masih Dini tetapi Semakin Cepat"