42 Bank AS Menolak Ripple: Pertanda Ketakutan TradFi terhadap Revolusi DeFi?
Navigasi.in – Dunia keuangan tengah memanas. Baru-baru ini, sebuah laporan mengejutkan datang dari Amerika Serikat: sebanyak 42 bank besar yang tergabung dalam Bank Policy Institute (BPI) secara resmi menolak permohonan lisensi perbankan dari Ripple Labs, perusahaan blockchain di balik mata uang kripto populer XRP. Penolakan ini bukanlah keputusan biasa—ia merupakan bentuk resistensi kolektif yang mengindikasikan adanya kekhawatiran mendalam dari industri perbankan tradisional terhadap potensi gangguan yang dibawa oleh teknologi blockchain dan keuangan terdesentralisasi (DeFi).
![]() |
42 Bank AS Menolak Ripple: Pertanda Ketakutan TradFi terhadap Revolusi DeFi? |
Apa Itu Bank Policy Institute (BPI)?
Bank Policy Institute adalah asosiasi kebijakan publik yang terdiri dari beberapa bank terbesar di Amerika Serikat. Di antara anggotanya adalah nama-nama mentereng seperti:
- JPMorgan Chase
- Citigroup
- Bank of America
- Wells Fargo
- Goldman Sachs
Institusi-institusi ini tidak hanya besar dari sisi aset, tetapi juga memiliki pengaruh signifikan dalam menyusun regulasi dan kebijakan publik di bidang keuangan. Ketika BPI mengambil sikap terhadap sebuah entitas seperti Ripple, hal tersebut membawa pesan politik dan ekonomi yang sangat kuat.
Penolakan Lisensi: Mengapa Ripple Ditolak?
Ripple telah berusaha mendapatkan lisensi sebagai lembaga keuangan atau bahkan bank teregulasi di beberapa yurisdiksi. Tujuannya adalah untuk memperluas layanan pembayaran lintas batas dengan basis legalitas yang lebih kuat dan akses langsung ke infrastruktur perbankan. Namun, penolakan dari BPI ini bukan hanya terkait masalah administratif, melainkan tampaknya merupakan pernyataan ideologis: Ripple dianggap ancaman eksistensial bagi sistem keuangan konvensional.
Lisensi perbankan akan memberikan Ripple akses langsung ke sistem pembayaran nasional seperti Federal Reserve dan jaringan SWIFT, serta memungkinkan mereka memfasilitasi transfer internasional tanpa melalui bank perantara tradisional. Hal inilah yang memicu kekhawatiran.
DeFi vs TradFi: Pertarungan Dua Dunia Finansial
Penolakan ini menggarisbawahi pertarungan yang makin panas antara keuangan tradisional (TradFi) dan keuangan terdesentralisasi (DeFi). Ripple dengan jaringan globalnya memungkinkan transaksi lintas negara dalam hitungan detik, dengan biaya rendah, dan tanpa perlu pihak ketiga. Ini jelas mengganggu model bisnis bank tradisional yang bergantung pada biaya transfer, pertukaran mata uang, dan kontrol atas arus uang.
Dengan kata lain, teknologi seperti XRP dapat memangkas jalur pendapatan yang selama ini menopang bisnis perbankan global.
Mengapa Mereka Takut dengan XRP?
XRP dirancang sebagai jembatan likuiditas antar mata uang di berbagai negara. Alih-alih menggunakan dolar AS sebagai penghubung seperti sistem perbankan tradisional, RippleNet bisa mengonversi mata uang lokal ke XRP dan sebaliknya dalam waktu singkat. Berikut alasan mengapa bank-bank besar mungkin merasa terancam:
- Efisiensi dan Kecepatan: Transaksi XRP hanya memerlukan 3–5 detik, jauh lebih cepat dibanding transfer antarbank internasional.
- Biaya Lebih Murah: Biaya transaksi XRP kurang dari 1 sen USD, jauh di bawah biaya SWIFT dan sistem perbankan tradisional.
- Desentralisasi: Tidak ada otoritas tunggal yang bisa mengendalikan seluruh jaringan XRP, berbeda dengan bank sentral dan sistem perbankan yang bersifat tersentralisasi.
- Transparansi dan Auditabilitas: Semua transaksi dapat dilacak secara publik melalui buku besar terdistribusi (ledger).
- Interoperabilitas Global: Ripple bekerja sama dengan berbagai bank kecil, lembaga remitansi, dan bahkan negara berkembang—hal ini memungkinkan akses keuangan yang lebih luas tanpa keterlibatan bank raksasa.
Konflik yang Lebih Dalam: Ripple vs SEC
Penolakan ini terjadi di tengah suasana hukum yang panas. Ripple masih terlibat dalam pertarungan hukum dengan Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS, yang menuduh XRP sebagai sekuritas yang tidak terdaftar. Meski sebagian besar gugatan telah diselesaikan atau dipatahkan di pengadilan, kasus ini tetap menjadi momok bagi kredibilitas Ripple di mata lembaga perbankan tradisional.
Ada spekulasi bahwa tekanan dari institusi keuangan besar turut memengaruhi sikap regulator seperti SEC. Apalagi, banyak mantan pejabat SEC yang kemudian bekerja di perusahaan-perusahaan keuangan besar, sehingga dugaan konflik kepentingan menjadi tak terhindarkan.
Strategi Ripple ke Depan
Meski mendapat penolakan dari 42 bank besar, Ripple tampaknya tidak gentar. Mereka terus memperluas jangkauan globalnya melalui kemitraan strategis di Asia, Timur Tengah, dan Afrika. Bahkan beberapa bank sentral telah menjajaki kerja sama dengan Ripple untuk mengembangkan mata uang digital bank sentral (CBDC).
Salah satu strategi kunci Ripple adalah menghindari dominasi dolar AS dan sistem keuangan Amerika dengan fokus pada pasar negara berkembang. Di sana, Ripple lebih diterima karena mampu menyediakan solusi nyata bagi masalah keuangan seperti remitansi yang lambat dan mahal.
Reaksi Komunitas Kripto
Di media sosial, komunitas XRP dan kripto secara umum bereaksi keras terhadap penolakan ini. Banyak yang menganggap ini sebagai bentuk kepanikan dari sistem keuangan lama yang takut digantikan oleh teknologi baru. Beberapa bahkan menyebutnya sebagai “tindakan defensif dari dinosaurus keuangan”.
“Ini bukan hanya tentang Ripple. Ini tentang bagaimana teknologi baru terus ditolak oleh struktur kekuasaan lama yang takut kehilangan kontrol,” tulis salah satu pengguna di X (dulu Twitter).
Sementara itu, investor XRP melihat peristiwa ini sebagai sinyal bullish jangka panjang: jika bank takut, berarti Ripple sedang berada di jalur yang benar.
Penutup: Awal dari Revolusi Keuangan?
Penolakan 42 bank terhadap Ripple menunjukkan bahwa teknologi blockchain, khususnya DeFi, telah masuk ke jantung sistem keuangan global dan menantangnya secara langsung. Meskipun institusi besar mencoba menutup pintu, arus perubahan tidak bisa dibendung begitu saja.
Sebagaimana sejarah menunjukkan, inovasi yang benar-benar berguna akan selalu menemukan jalannya—entah diterima atau tidak oleh struktur lama. Ripple dan XRP mungkin tidak diterima oleh elit perbankan saat ini, tetapi mereka jelas telah membuka diskusi besar tentang masa depan keuangan global yang lebih terbuka, cepat, dan inklusif.
#Ripple #XRP #DeFiVsTradFi #CryptoNews #NavigasiKripto
Post a Comment for "42 Bank AS Menolak Ripple: Pertanda Ketakutan TradFi terhadap Revolusi DeFi?"