Youtube

Robinhood CEO: Tokenisasi Akan ‘Menggerus’ Seluruh Sistem Keuangan

NAVIGASI.in – Perkembangan dunia keuangan global kembali diguncang oleh pernyataan berani dari CEO Robinhood, Vlad Tenev. Dalam sebuah forum internasional bergengsi, Token2049 di Singapura, Tenev menyampaikan pandangan visionernya bahwa tokenisasi bukan sekadar tren, melainkan sebuah revolusi besar yang akan “memakan” atau menggerus seluruh sistem keuangan global.

Robinhood CEO: Tokenisasi Akan ‘Menggerus’ Seluruh Sistem Keuangan
Robinhood CEO: Tokenisasi Akan ‘Menggerus’ Seluruh Sistem Keuangan


Tokenisasi: Definisi dan Konsep

Tokenisasi adalah proses mengubah kepemilikan suatu aset nyata atau finansial menjadi representasi digital berupa token yang hidup di atas jaringan blockchain. Aset yang dapat ditokenisasi bisa berupa saham, obligasi, real estat, hingga karya seni dan musik. Token ini kemudian dapat diperdagangkan secara global, transparan, dan tanpa batas waktu. Dengan mekanisme tersebut, investor tidak lagi terikat pada jam kerja bursa tradisional ataupun aturan lintas negara yang kaku.

Menurut Tenev, perkembangan tokenisasi sudah tidak terbendung lagi. Ibarat kereta barang raksasa yang melaju tanpa bisa dihentikan, sistem keuangan dunia sedang bergerak menuju era digital penuh, di mana seluruh instrumen keuangan bisa hidup di atas rantai blok (blockchain). “In the same way that stablecoins became the standard way to access dollars, tokenized stocks will be how people outside the U.S. get exposure to American equities,” ujar Tenev.

Robinhood dan Langkah Awal Tokenisasi Saham

Robinhood sendiri sudah mengambil langkah besar ke arah ini. Baru-baru ini, mereka meluncurkan produk saham Amerika Serikat dalam bentuk token di pasar Eropa. Langkah ini disebut Tenev sebagai preview atau gambaran kecil dari masa depan investasi global: 24 jam, 7 hari penuh, on-chain, dan tanpa batas negara.

Robinhood CEO: Tokenisasi Akan ‘Menggerus’ Seluruh Sistem Keuangan
Robinhood CEO: Tokenisasi Akan ‘Menggerus’ Seluruh Sistem Keuangan


Jika selama ini investor dari Asia atau Afrika kesulitan untuk berinvestasi di saham-saham besar AS seperti Apple, Tesla, atau Microsoft, maka dengan tokenisasi, hambatan tersebut akan hilang. Seorang investor dari Lampung, Indonesia, misalnya, bisa membeli token representasi saham Apple dalam jumlah kecil hanya dengan modal ratusan ribu rupiah. Tokenisasi membuka pintu inklusi keuangan secara global.

Kontroversi Tokenisasi Saham Perusahaan Swasta

Salah satu langkah berani Robinhood adalah memperdagangkan token yang merepresentasikan saham perusahaan swasta, termasuk OpenAI. Namun, langkah ini menimbulkan pro dan kontra. OpenAI sendiri menyatakan bahwa tokenisasi sahamnya dilakukan tanpa otorisasi resmi. Beberapa pakar hukum kripto juga memperingatkan bahwa praktik ini bisa menabrak regulasi pasar modal yang ketat.

Tenev menanggapi kritik tersebut dengan tenang. Baginya, hambatan utama tokenisasi bukanlah soal teknologi, melainkan hukum. “Teknologinya sudah siap, hanya saja regulasi belum mengikutinya,” tegasnya. Pernyataan ini memunculkan perdebatan panjang tentang apakah hukum harus mengatur teknologi atau teknologi memaksa hukum untuk beradaptasi.

Target Berikutnya: Real Estat

Tidak hanya saham, Robinhood menargetkan real estat sebagai bidang berikutnya yang akan ditokenisasi. Tenev membandingkan proses ini dengan mekanisme penerbitan saham sebuah startup. Sebuah properti bisa dimasukkan ke dalam struktur perusahaan, lalu perusahaan itu menerbitkan token sebagai representasi kepemilikan properti. Dengan cara ini, satu rumah bisa dimiliki oleh ratusan atau bahkan ribuan investor kecil dari seluruh dunia.

Contohnya, sebuah apartemen di Jakarta bisa ditokenisasi. Seseorang dari London atau Singapura bisa membeli sebagian kecil kepemilikannya, menikmati potensi keuntungan dari kenaikan harga properti, tanpa harus benar-benar memiliki fisik bangunan tersebut. Hal ini disebut-sebut bisa mengatasi masalah klasik kepemilikan aset yang selama ini hanya bisa diakses oleh kalangan berduit besar.

Implikasi terhadap Sistem Keuangan Global

Jika prediksi Tenev benar, maka sistem keuangan tradisional yang selama ini dikuasai oleh bank, bursa, dan regulator akan berubah total. Berikut adalah beberapa implikasi yang mungkin terjadi:

  • Pasar 24/7: Tidak ada lagi istilah jam kerja bursa. Investor bisa membeli atau menjual saham kapan saja.
  • Akses Global: Investor dari pelosok dunia bisa mengakses aset yang sebelumnya hanya tersedia di pusat-pusat keuangan besar.
  • Biaya Rendah: Tanpa perantara tradisional, biaya transaksi akan menurun drastis.
  • Transparansi: Semua transaksi tercatat di blockchain sehingga sulit dimanipulasi.
  • Regulasi Baru: Negara-negara dipaksa membuat kerangka hukum baru untuk melindungi investor tanpa menghambat inovasi.

Tantangan dan Risiko

Meskipun menjanjikan, tokenisasi juga membawa tantangan besar. Pertama, masalah keamanan siber. Jika sistem blockchain diretas, aset miliaran dolar bisa hilang. Kedua, potensi penyalahgunaan untuk pencucian uang. Ketiga, risiko hukum, terutama jika tokenisasi dilakukan tanpa persetujuan perusahaan atau tanpa kepatuhan terhadap hukum pasar modal.

Selain itu, ada risiko likuiditas. Tidak semua token akan diminati investor. Sebuah properti kecil di daerah terpencil mungkin sulit menemukan pembeli tokennya. Tanpa pasar sekunder yang aktif, tokenisasi bisa kehilangan daya tariknya.

Tokenisasi dan Masa Depan Keuangan di Indonesia

Bagi Indonesia, fenomena tokenisasi membuka peluang besar sekaligus tantangan. Di satu sisi, tokenisasi bisa membuka akses masyarakat pada investasi global. Di sisi lain, pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) harus menyiapkan regulasi agar tidak terjadi penyalahgunaan.

Bayangkan jika UMKM di Lampung bisa menerbitkan token untuk mendanai usahanya. Investor dari luar negeri bisa membeli token tersebut, dan UMKM mendapat modal tanpa harus melalui bank. Konsep ini sejalan dengan ekonomi digital yang sedang digalakkan pemerintah.

Pandangan Analis dan Pakar

Banyak analis melihat tokenisasi sebagai kelanjutan alami dari tren digitalisasi. Setelah uang digital dan dompet elektronik menjadi hal biasa, giliran aset keuangan yang diubah menjadi token. Menurut laporan dari Deloitte, nilai pasar tokenisasi aset dunia bisa mencapai lebih dari 16 triliun dolar pada tahun 2030.

Namun, beberapa pakar hukum menegaskan bahwa tanpa regulasi jelas, tokenisasi bisa menjadi bumerang. Investor ritel rentan terhadap penipuan, sementara perusahaan bisa tergoda untuk menyalahgunakan sistem demi keuntungan sesaat.

Kesimpulan

Pernyataan Vlad Tenev tentang tokenisasi sebagai “kereta barang” yang akan menggilas sistem keuangan global memang terdengar ekstrem. Namun, melihat perkembangan yang ada, visi ini bukan mustahil terjadi. Tokenisasi menawarkan inklusi, efisiensi, dan transparansi. Tetapi di sisi lain, ia juga menghadirkan risiko keamanan, hukum, dan likuiditas.

Satu hal yang pasti: dunia keuangan tidak akan lagi sama dalam 10 tahun ke depan. Apakah tokenisasi benar-benar akan “memakan” seluruh sistem keuangan, atau hanya menjadi bagian kecil dari inovasi finansial, masih harus kita tunggu. Yang jelas, percakapan global tentang tokenisasi baru saja dimulai, dan Robinhood berada di garis depan revolusi ini.

Post a Comment for "Robinhood CEO: Tokenisasi Akan ‘Menggerus’ Seluruh Sistem Keuangan"