Kekayaan Haji Isam Tembus Rp100 Triliun: Dari Tanah Kalimantan ke Puncak Konglomerasi Indonesia
Penulis: Redaksi Navigasi.in | 7 Oktober 2025 - Nama Haji Isam, atau yang memiliki nama lengkap Samsudin Andi Arsyad, kembali menjadi sorotan publik. Pengusaha asal Kalimantan Selatan ini mencatatkan lonjakan kekayaan yang luar biasa hingga menembus Rp100 triliun. Nilai tersebut menempatkannya di atas sejumlah nama besar dalam dunia bisnis Indonesia, termasuk bos Alfamart, Djoko Susanto, hingga raja nikel Harita Group, Lim Hariyanto Wijaya Sarwono.
![]() |
Kekayaan Haji Isam Tembus Rp100 Triliun: Dari Tanah Kalimantan ke Puncak Konglomerasi Indonesia |
Kenaikan fantastis ini bukan semata-mata hasil dari proyek baru, melainkan dampak langsung dari performa saham perusahaan-perusahaan publik di bawah naungan konglomerasi Jhonlin Group, yang telah melonjak tajam sejak awal tahun 2025. Dalam konteks ekonomi Indonesia yang sedang bergairah, terutama di sektor energi, pertanian, dan logistik, Haji Isam kini menjadi simbol kebangkitan kapital dari daerah — seorang taipan yang membangun kerajaan bisnisnya bukan dari Jakarta, melainkan dari jantung Kalimantan.
Lonjakan Saham Jhonlin Agro Raya (JARR)
Salah satu pemicu utama kenaikan nilai kekayaan Haji Isam adalah performa luar biasa dari saham Jhonlin Agro Raya (JARR). Sejak awal tahun, saham JARR tercatat melonjak hingga 1.271 persen, dengan kapitalisasi pasar yang kini mencapai Rp39,23 triliun. Kenaikan ini merupakan salah satu yang paling spektakuler di Bursa Efek Indonesia sepanjang 2025.
Jhonlin Agro Raya bergerak di bidang pengolahan minyak sawit dan energi terbarukan berbasis biofuel. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan ini menempatkan diri sebagai pemain penting dalam transisi energi di Indonesia, terutama setelah pemerintah mendorong penggunaan biodiesel berbasis sawit (B35 dan B40).
Dukungan kebijakan pemerintah terhadap energi hijau dan stabilitas harga komoditas sawit menjadi faktor utama pendorong kenaikan harga saham JARR. Selain itu, ekspansi perusahaan ke sektor hilir, termasuk pembangunan kilang biodiesel di Tanah Bumbu, turut memperkuat prospek fundamental perusahaan.
Dana Brata Luhur (TEBE): Pendukung Infrastruktur Jhonlin Group
Selain JARR, perusahaan lain milik Haji Isam, yakni Dana Brata Luhur (TEBE), juga mencatat kenaikan signifikan. Saham TEBE naik sekitar 351 persen sejak awal tahun, dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp3,62 triliun. TEBE dikenal sebagai penyedia layanan transportasi batubara dan logistik pelabuhan yang menjadi tulang punggung bagi aktivitas energi dan ekspor Jhonlin Group.
Dengan peningkatan volume ekspor batu bara Kalimantan dan penguatan harga energi global, TEBE menikmati permintaan yang meningkat untuk layanan logistik. Faktor lain yang turut mendongkrak harga sahamnya adalah efisiensi biaya operasional serta diversifikasi bisnis ke sektor infrastruktur energi terbarukan.
Pradiksi Gunatama (PGUN): Dikelola Generasi Penerus
Tidak hanya dua perusahaan besar tersebut, anak-anak Haji Isam juga menunjukkan kemampuan manajerial luar biasa melalui perusahaan Pradiksi Gunatama (PGUN). Saham PGUN bahkan menjadi salah satu yang paling fenomenal di pasar modal Indonesia tahun ini, dengan kenaikan mencapai 3.520 persen (year-to-date) dan kapitalisasi pasar sebesar Rp88,07 triliun.
PGUN bergerak di sektor perkebunan dan energi, dengan fokus pada integrasi industri sawit dari hulu ke hilir. Perusahaan ini mengembangkan model bisnis berkelanjutan yang mengombinasikan produksi minyak sawit mentah (CPO) dengan energi biomassa. Kinerja keuangan PGUN yang stabil, ditambah laporan laba bersih yang melonjak 800 persen dalam setahun, menjadikannya favorit baru bagi investor domestik dan asing.
Akumulasi Kekayaan Lebih dari Rp100 Triliun
Mengutip laporan CNBC Indonesia per 26 September 2025, total kekayaan Haji Isam yang terikat secara langsung maupun tidak langsung melalui perusahaan-perusahaan publiknya kini mencapai lebih dari Rp101,3 triliun, atau setara dengan US$6,1 miliar.
- Lewat JARR: Rp30,97 triliun
- Lewat PGUN: Rp67,54 triliun
- Lewat TEBE: Rp2,79 triliun
Jika dijumlahkan, nilai tersebut menempatkan Haji Isam di jajaran elit konglomerat Indonesia, bahkan melampaui kekayaan Djoko Susanto (Alfamart) yang tercatat sekitar US$2,7 miliar dan Lim Hariyanto (Harita Group) yang mencapai US$5,2 miliar.
Namun, menariknya, meski kekayaannya secara matematis sudah lebih tinggi dari beberapa nama besar yang tercantum dalam daftar Forbes Indonesia Rich List, hingga kini nama Haji Isam belum muncul dalam daftar resmi tersebut.
Siapa Sebenarnya Haji Isam?
Bagi masyarakat Kalimantan Selatan, nama Haji Isam bukanlah sosok asing. Ia dikenal sebagai pengusaha tambang batubara yang sukses membangun jaringan bisnisnya dari bawah. Lahir di Kotabaru, ia memulai karier sebagai pengusaha alat berat dan kontraktor tambang di daerah Tanah Bumbu pada era 1990-an.
Ketekunan dan keberaniannya dalam mengambil risiko bisnis membuatnya cepat naik kelas. Melalui bendera Jhonlin Group, ia membangun konglomerasi yang membentang dari sektor tambang, logistik, energi, perkebunan, hingga aviasi.
Nama “Jhonlin” sendiri berasal dari kombinasi nama anaknya dan cita-cita globalisasi bisnis keluarga. Perusahaan ini kemudian menjadi simbol ekonomi daerah yang sukses menembus panggung nasional.
Strategi Bisnis: Sinergi Hulu ke Hilir
Kekuatan utama konglomerasi Haji Isam adalah pada integrasi bisnisnya. Jhonlin Group membangun ekosistem yang terhubung antara hulu dan hilir: dari penambangan batubara, transportasi logistik, pengolahan hasil tambang, hingga distribusi energi.
Strategi ini tidak hanya membuat grup usahanya lebih efisien, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada pihak ketiga. Misalnya, batu bara dari tambang internal Jhonlin dapat diangkut oleh kapal dan truk milik Dana Brata Luhur (TEBE), kemudian digunakan sebagai bahan bakar di fasilitas energi milik anak perusahaan lainnya.
Sinergi lintas sektor ini juga menjadi alasan mengapa kapitalisasi pasar Jhonlin Group melonjak lebih cepat dibandingkan konglomerasi tradisional yang masih bergantung pada segmen tunggal.
Naiknya Minat Investor
Kinerja saham perusahaan-perusahaan milik Haji Isam menarik perhatian investor besar, termasuk lembaga keuangan dan reksa dana nasional. Kenaikan harga komoditas global dan stabilitas politik di Indonesia mendorong masuknya modal baru ke sektor energi dan agribisnis.
Data dari Bursa Efek Indonesia menunjukkan bahwa transaksi saham JARR dan PGUN termasuk dalam lima besar emiten dengan nilai perdagangan tertinggi di kuartal ketiga 2025. Volume perdagangan harian bahkan meningkat 300 persen dalam dua bulan terakhir, menandakan antusiasme tinggi dari investor ritel maupun institusional.
Mengapa Belum Masuk Forbes?
Pertanyaan yang paling banyak muncul di media sosial adalah: Mengapa Haji Isam belum masuk daftar orang terkaya Forbes, padahal kekayaannya sudah di atas Rp100 triliun?
Jawabannya terletak pada dua faktor utama. Pertama, Forbes biasanya hanya menghitung kekayaan yang terverifikasi secara publik melalui kepemilikan saham langsung dan laporan keuangan yang transparan. Kepemilikan tidak langsung, seperti saham melalui keluarga atau nominee, sering kali tidak dimasukkan dalam perhitungan resmi.
Kedua, sebagian besar aset Jhonlin Group masih berbentuk perusahaan tertutup atau belum go public. Nilai valuasi dari entitas non-publik sulit diukur secara pasti tanpa laporan tahunan yang diaudit.
Namun, dengan meningkatnya eksposur publik terhadap perusahaan seperti JARR dan PGUN, besar kemungkinan nama Haji Isam akan segera masuk dalam radar Forbes pada edisi mendatang.
Dampak Ekonomi untuk Daerah
Lonjakan kekayaan Haji Isam juga membawa dampak ekonomi yang signifikan bagi Kalimantan Selatan. Investasi besar-besaran Jhonlin Group dalam infrastruktur, energi, dan pertanian telah membuka ribuan lapangan kerja baru di daerah.
Contohnya, proyek kilang biodiesel Jhonlin di Tanah Bumbu yang menyerap lebih dari 2.500 tenaga kerja lokal. Selain itu, keberadaan Jhonlin Air Transport juga meningkatkan konektivitas antarwilayah di Kalimantan, mempermudah mobilitas pekerja dan logistik.
Menurut data Dinas Penanaman Modal Kalimantan Selatan, kontribusi Jhonlin Group terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah mencapai 14 persen — angka yang sangat besar untuk satu entitas swasta.
Kontroversi dan Persepsi Publik
Di balik kesuksesan finansialnya, nama Haji Isam tidak lepas dari kontroversi. Beberapa kali, publik menyoroti hubungan antara bisnis energi dan politik daerah. Meski demikian, sejauh ini belum ada pelanggaran hukum yang terbukti secara sah terkait dengan aktivitas perusahaannya.
Bagi sebagian masyarakat Kalimantan, Haji Isam justru dianggap sebagai simbol “pahlawan ekonomi daerah”. Ia membangun jalan, membuka lapangan kerja, dan menjadi donatur utama bagi berbagai kegiatan sosial dan keagamaan.
Pendekatan sosial ini memperkuat posisi Jhonlin Group tidak hanya sebagai pemain ekonomi, tetapi juga sebagai entitas yang memiliki legitimasi sosial kuat di akar rumput.
Perbandingan dengan Taipan Nasional
Jika dibandingkan dengan konglomerat lain di Indonesia, kekayaan Haji Isam menunjukkan pola pertumbuhan yang unik. Ia tidak berawal dari industri keuangan atau properti seperti keluarga Hartono (pemilik Djarum dan BCA), melainkan dari sektor riil berbasis sumber daya alam.
Dibandingkan dengan Djoko Susanto (Alfamart) yang membangun kekayaan dari sektor ritel, dan Lim Hariyanto (Harita Group) dari nikel, sumber pertumbuhan Haji Isam berasal dari kombinasi tiga sektor: energi, agribisnis, dan logistik. Ketiganya merupakan pilar penting ekonomi Indonesia masa depan.
Pergeseran Pusat Kekayaan ke Luar Jawa
Kisah Haji Isam juga menandai pergeseran signifikan dalam lanskap ekonomi nasional: pusat kekayaan kini tidak lagi didominasi oleh konglomerat asal Jakarta atau Surabaya, tetapi mulai bergeser ke luar Jawa. Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatera mulai melahirkan para taipan baru berkat kekayaan sumber daya alam dan kebijakan desentralisasi ekonomi.
Dalam hal ini, Haji Isam menjadi representasi nyata dari “kapital daerah” yang bangkit melawan dominasi modal lama. Ia membuktikan bahwa transformasi ekonomi Indonesia bisa datang dari daerah, bukan hanya dari ibu kota.
Prospek Ke Depan
Ke depan, prospek bisnis Jhonlin Group tampak semakin cerah. Pemerintah sedang mendorong proyek besar-besaran di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur seiring pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Posisi strategis bisnis Jhonlin di sektor energi dan logistik membuat grup ini berpotensi menjadi pemain utama dalam rantai pasokan energi Nusantara.
Selain itu, rencana ekspansi ke sektor petrokimia dan bahan bakar alternatif membuka peluang baru bagi perusahaan untuk memperkuat portofolionya. Dengan semakin banyak perusahaan Jhonlin yang go public, transparansi dan daya tarik investor juga akan meningkat.
Refleksi: Dari Daerah ke Dunia
Kisah Haji Isam adalah refleksi dari perubahan wajah kapitalisme Indonesia. Ia membangun kekayaan dari tanah sendiri, memanfaatkan sumber daya lokal, dan mengintegrasikannya dalam sistem ekonomi nasional. Dalam konteks global, ini adalah bentuk “kapitalisme daerah” yang semakin relevan di era desentralisasi ekonomi.
Namun, perjalanan ini juga menyimpan tantangan besar: bagaimana memastikan bahwa kekayaan luar biasa tersebut tidak hanya berputar di lingkaran elite bisnis, tetapi juga membawa manfaat luas bagi masyarakat.
Penutup
Kekayaan Rp100 triliun bukan sekadar angka, tetapi simbol transformasi sosial-ekonomi di Indonesia. Dari tanah Kalimantan yang dulu dianggap pinggiran, kini muncul sosok pengusaha yang menembus daftar elite kekayaan nasional. Nama Haji Isam tidak hanya menggema di bursa saham, tetapi juga di hati masyarakat yang menyaksikan bagaimana kerja keras, jaringan bisnis, dan strategi investasi dapat mengubah nasib seseorang.
Apakah ia akan segera bergabung dalam daftar resmi Forbes Billionaires? Waktu yang akan menjawab. Namun satu hal pasti — perjalanan Haji Isam membuktikan bahwa pusat kekuatan ekonomi Indonesia kini tidak lagi berputar hanya di Jakarta, melainkan menyebar hingga ke pelosok Nusantara.
Editor: Tim Navigasi.in | Kategori: Ekonomi & Tokoh Bisnis
Post a Comment for "Kekayaan Haji Isam Tembus Rp100 Triliun: Dari Tanah Kalimantan ke Puncak Konglomerasi Indonesia"