Youtube

Binance Akan Ganti Rugi Pengguna Setelah Kejatuhan Wrapped Token, Ini Penjelasan Lengkapnya even

Ditulis oleh Tim Navigasi.in | 14 Oktober 2025 - Platform kripto terbesar di dunia, Binance, kembali menjadi sorotan setelah peristiwa dramatis yang mengguncang pasar aset digital pada Jumat lalu (10/10). Beberapa aset wrapped token di platform tersebut mengalami kejatuhan harga yang sangat tajam — bahkan mencapai lebih dari 80% dalam hitungan menit.

Binance Akan Ganti Rugi Pengguna Setelah Kejatuhan Wrapped Token, Ini Penjelasan Lengkapnya
Binance Akan Ganti Rugi Pengguna Setelah Kejatuhan Wrapped Token, Ini Penjelasan Lengkapnya


Kejadian ini bukan hanya mengagetkan investor, tapi juga menimbulkan pertanyaan besar tentang stabilitas sistem perdagangan aset digital di bursa kripto raksasa tersebut. Dalam tanggapan resmi, pihak Binance menyatakan akan memberikan kompensasi kepada para pengguna yang mengalami kerugian akibat gangguan sistem yang menyebabkan penurunan drastis harga aset-aset tersebut.

Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Insiden bermula pada Jumat malam ketika beberapa aset yang dikategorikan sebagai wrapped token—di antaranya Wrapped Beacon Ether (wBETH), BNSOL, dan USDe—mengalami kejatuhan harga secara mendadak di pasar spot Binance.

Data dari CoinMarketCap menunjukkan bahwa wBETH, yang seharusnya memiliki harga mendekati nilai asli Ethereum Beacon Chain (ETH2), tiba-tiba merosot lebih dari 80%. Dalam beberapa menit, harga yang biasanya stabil di kisaran 1 ETH per unit wBETH turun menjadi sekitar 0.18 ETH.

Kejatuhan ini juga menular ke token-token serupa seperti BNSOL (wrapped SOL dari blockchain Solana) dan USDe, yang merupakan stablecoin eksperimental berbasis algoritma. Ketiga token tersebut sempat kehilangan patokan nilainya, menimbulkan kekacauan di pasar dan kepanikan di kalangan pengguna.

Penyebab: Kegagalan Infrastruktur Binance

Menurut penjelasan resmi Binance, penyebab utama insiden ini adalah gangguan sistem internal yang terjadi pada saat volume perdagangan meningkat tajam. Gangguan tersebut menghambat akses bagi para market maker dan arbitrageur — pihak yang biasanya menjaga harga token agar tetap stabil sesuai nilai aset dasarnya.

Karena sistem penghubung data dan API Binance mengalami kelumpuhan sementara, para pelaku pasar tidak dapat melakukan perdagangan arbitrase untuk menyeimbangkan harga. Akibatnya, nilai token yang seharusnya berbanding langsung dengan aset dasarnya menjadi terdistorsi, memicu penurunan harga ekstrem.

Binance dalam pernyataannya menyebut:

“Telah terjadi gangguan teknis pada sistem infrastruktur kami yang menyebabkan harga beberapa wrapped token tidak dapat disesuaikan secara real-time. Kami menyadari dampak besar yang ditimbulkan dan berkomitmen memberikan kompensasi kepada pengguna yang terdampak langsung akibat insiden ini.”

Yi He Minta Maaf, Binance Siapkan Kompensasi

Salah satu pendiri Binance, Yi He, turun langsung memberikan pernyataan publik. Ia menyampaikan permintaan maaf kepada para pengguna yang kehilangan dana akibat kejatuhan mendadak ini. Dalam unggahannya di media sosial X (dulu Twitter), Yi He menulis:

“Kami sangat menyesal atas insiden wrapped token yang terjadi minggu lalu. Tim kami telah melakukan investigasi penuh dan akan memberikan kompensasi kepada pengguna yang menderita kerugian langsung akibat gangguan sistem Binance.”

Yi He juga menjelaskan bahwa kompensasi hanya akan diberikan kepada pengguna yang mengalami kerugian akibat langsung dari gangguan sistem, bukan karena fluktuasi pasar biasa. Binance akan mengumumkan mekanisme pengajuan klaim dan jumlah kompensasi dalam beberapa hari ke depan.

Menurut sumber internal Binance, kompensasi kemungkinan akan diberikan dalam bentuk stablecoin seperti USDT atau BUSD, meski beberapa investor berharap agar kerugian mereka diganti dalam bentuk aset asli seperti ETH atau SOL.

Mengenal Wrapped Token dan Risiko di Baliknya

Untuk memahami insiden ini secara utuh, penting bagi investor mengetahui apa itu wrapped token. Wrapped token adalah aset kripto yang “mewakili” aset lain di blockchain berbeda. Misalnya, wBETH adalah versi “wrapped” dari ETH2 yang digunakan di jaringan Ethereum Beacon Chain. Tujuannya adalah agar aset tersebut bisa diperdagangkan atau digunakan di jaringan atau platform lain tanpa memindahkan aset aslinya.

Dengan kata lain, wrapped token seperti “surat janji” yang menjamin kepemilikan aset asli di tempat lain. Namun, nilainya tetap harus sesuai dengan aset dasar yang diwakilinya. Hal ini biasanya dijaga oleh mekanisme arbitrase dan sistem konversi otomatis.

Masalah muncul ketika sistem yang menjaga keseimbangan itu gagal berfungsi — seperti yang terjadi pada Binance. Ketika harga token jatuh jauh dari nilai aslinya dan tidak ada mekanisme koreksi otomatis, maka pasar bisa terjebak dalam spiral panik yang menyebabkan likuiditas mengering.

Dampak ke Investor dan Pasar Kripto

Bagi sebagian besar pengguna Binance, kejatuhan ini menimbulkan kerugian signifikan. Banyak investor yang membeli token wrapped pada saat harga sudah jatuh, berharap harga akan pulih kembali seperti biasanya. Namun, karena gangguan sistem masih berlangsung, harga tak segera kembali normal.

Forum-forum komunitas di Reddit dan Telegram dipenuhi keluhan dari pengguna yang kehilangan ratusan hingga ribuan dolar hanya dalam beberapa menit. Seorang pengguna dengan nama akun @CryptoNusantara mengungkapkan bahwa ia kehilangan lebih dari 5 ETH setelah harga wBETH anjlok.

“Saya pikir ini cuma koreksi biasa. Tapi ternyata sistem Binance error dan harga nggak bisa balik. Semua saldo saya di-pool wBETH habis. Saya harap Binance menepati janji kompensasi.”

Sementara itu, analis kripto independen menilai bahwa insiden ini menimbulkan dampak psikologis besar bagi para investor ritel. Pasalnya, kepercayaan terhadap keamanan sistem Binance sempat terguncang, padahal platform ini selama bertahun-tahun dikenal sebagai yang paling stabil di industri kripto global.

Reaksi Komunitas dan Regulator

Komunitas kripto global memberikan beragam reaksi. Beberapa pihak menilai Binance bertindak cepat dengan mengakui kesalahan dan berjanji memberi kompensasi. Namun, tak sedikit pula yang menganggap insiden ini sebagai sinyal bahwa sentralisasi infrastruktur bursa kripto masih menjadi masalah besar.

Lembaga pengawas keuangan di beberapa negara, termasuk Inggris dan Singapura, dikabarkan mulai memantau kasus ini. Mereka ingin memastikan apakah Binance telah menerapkan protokol perlindungan konsumen yang memadai.

Seorang juru bicara dari Monetary Authority of Singapore (MAS) menyebut:

“Kami terus memantau situasi di Binance dan memastikan pengguna di yurisdiksi kami tidak dirugikan secara sistemik akibat gangguan tersebut.”

Di sisi lain, komunitas DeFi (Decentralized Finance) memanfaatkan momen ini untuk menegaskan pentingnya desentralisasi. Mereka menilai jika wrapped token dikelola sepenuhnya melalui kontrak pintar tanpa ketergantungan pada sistem pusat, insiden seperti ini bisa dihindari.

Langkah Binance Selanjutnya

Untuk mencegah kejadian serupa, Binance mengumumkan akan mengubah mekanisme harga wrapped asset di platformnya. Jika sebelumnya harga bergantung pada spot market, kini Binance akan beralih ke metode conversion-ratio pricing.

Artinya, nilai wBETH dan token sejenis akan dihitung berdasarkan jumlah aset dasar yang diwakilinya (misalnya, 1 wBETH = 1 ETH di staking contract), bukan pada harga pasar bebas yang bisa berfluktuasi tajam. Langkah ini dinilai lebih aman dan transparan bagi pengguna.

Selain itu, Binance juga berencana meningkatkan kapasitas sistem infrastruktur agar dapat menahan lonjakan volume perdagangan ekstrem di masa depan. Mereka juga sedang meninjau ulang protokol fail-safe untuk menjaga kestabilan harga wrapped token jika terjadi gangguan teknis.

Analis Menilai: Insiden Ini Bisa Jadi Titik Balik

Beberapa analis pasar kripto menilai bahwa insiden ini bisa menjadi “wake-up call” bagi industri. Menurut David Lin, analis blockchain dari CoinTelegraph Research, kejadian tersebut menunjukkan bahwa bahkan bursa terbesar di dunia sekalipun belum sepenuhnya kebal terhadap risiko sistemik.

“Wrapped token adalah instrumen penting dalam ekosistem kripto modern. Namun, ketika infrastrukturnya tidak tahan terhadap tekanan pasar, risiko yang timbul bisa jauh lebih besar dari yang dibayangkan. Binance beruntung masih memiliki dana cadangan besar untuk mengganti rugi pengguna.”

Lin juga menambahkan bahwa langkah Binance untuk beralih ke sistem konversi berbasis aset dasar merupakan solusi jangka panjang yang rasional. Namun, ia memperingatkan bahwa transparansi dalam audit dan laporan cadangan wrapped token perlu ditingkatkan agar kepercayaan pengguna dapat pulih sepenuhnya.

Pelajaran Bagi Investor

Kejadian ini memberikan pelajaran penting bagi para investor, terutama mereka yang aktif menggunakan produk turunan seperti wrapped token, leverage token, dan derivatif kripto lainnya. Meski terlihat stabil, aset jenis ini tetap mengandung risiko tinggi — terutama jika mekanisme penopangnya terpusat.

Investor disarankan untuk:

  • Memahami mekanisme di balik wrapped token sebelum berinvestasi.
  • Meneliti platform penerbit — apakah memiliki jaminan cadangan yang transparan.
  • Tidak menempatkan seluruh aset dalam satu jenis produk turunan.
  • Menggunakan fitur perlindungan seperti stop-loss untuk membatasi kerugian.

Dalam konteks ini, Binance telah menegaskan komitmennya untuk memperkuat keandalan sistemnya. Namun, para pengguna tetap diimbau berhati-hati, karena dunia kripto masih sangat volatil dan berisiko tinggi.

Kesimpulan: Reputasi Binance Diuji Lagi

Peristiwa ini menjadi ujian besar bagi reputasi Binance di tengah meningkatnya pengawasan regulator global terhadap industri aset digital. Meskipun mereka bertindak cepat dalam mengakui kesalahan dan menjanjikan kompensasi, kepercayaan pengguna jelas mengalami guncangan.

Dalam jangka pendek, insiden ini mungkin tak terlalu memengaruhi posisi Binance sebagai bursa terbesar di dunia. Namun, jika insiden serupa terulang, reputasi dan stabilitas ekosistem wrapped token bisa terancam serius.

Bagi dunia kripto secara keseluruhan, kejadian ini menjadi pengingat bahwa teknologi canggih dan likuiditas besar tidak menjamin keamanan absolut. Transparansi, audit yang rutin, dan sistem terdistribusi tetap menjadi kunci menjaga kepercayaan di tengah pasar yang terus berevolusi.


Navigasi.in akan terus memantau perkembangan kompensasi dan pembaruan sistem Binance dalam beberapa minggu ke depan. Pengguna disarankan mengikuti kanal resmi Binance dan memastikan data akun mereka terverifikasi sebelum mengajukan klaim ganti rugi.

Reporter: Tim Redaksi Navigasi.in | Editor: Satria Dewangga

Post a Comment for "Binance Akan Ganti Rugi Pengguna Setelah Kejatuhan Wrapped Token, Ini Penjelasan Lengkapnya even"