Peringatan Delisting: 14 Token di Binance, Trader Harus Siap Ambil Langkah
Navigasi.in – Bursa kripto terbesar di dunia, Binance, kembali mengumumkan kebijakan tegas terkait penghapusan (delisting) sejumlah aset digital. Kali ini, terdapat 14 token yang akan dihapus dari platform mereka pada 16 April 2025. Keputusan ini tentu berdampak langsung terhadap para trader maupun investor yang masih menyimpan aset tersebut di akun Binance mereka.
![]() |
Peringatan Delisting: 14 Token di Binance, Trader Harus Siap Ambil Langkah |
Adapun token yang akan segera dikeluarkan dari platform adalah: BADGER, BAL, BETA, CREAM, CTXC, ELF, FIRO, HARD, NULS, PROS, SNT, TROY, UFT, dan VIDT. Seluruh pasangan perdagangan dari token-token tersebut akan dinonaktifkan, dan nasabah diminta untuk segera mengambil langkah yang diperlukan agar tidak mengalami kerugian akibat keterlambatan dalam menarik dana.
Rincian Jadwal Delisting
Dalam pengumuman resmi Binance, jadwal delisting ditetapkan dengan rincian sebagai berikut:
- 16 April 2025 – Semua pasangan perdagangan token yang terkena delisting dihentikan.
- 17 April 2025 – Fitur setoran untuk token tersebut dinonaktifkan. Artinya, pengguna tidak dapat lagi menambah saldo token tersebut di Binance.
- 9 Juni 2025 – Penarikan terakhir. Setelah tanggal ini, pengguna tidak lagi bisa menarik token dari platform Binance.
Ketentuan ini berlaku secara global dan mencakup semua akun pengguna Binance, baik yang aktif melakukan perdagangan maupun sekadar menyimpan aset.
Mengapa Binance Melakukan Delisting?
Delisting di dunia kripto bukanlah hal baru. Bursa besar seperti Binance memiliki mekanisme evaluasi rutin terhadap token yang mereka perdagangkan. Ada beberapa alasan mengapa sebuah token akhirnya terpaksa dikeluarkan dari daftar perdagangan:
- Volume dan Likuiditas Rendah – Jika sebuah token mengalami penurunan volume perdagangan yang signifikan dan tidak lagi likuid, Binance dapat mempertimbangkan untuk menghapusnya.
- Masalah Teknis dan Keamanan – Token yang memiliki celah keamanan atau tidak lagi memenuhi standar teknologi bisa berpotensi membahayakan pengguna.
- Kepatuhan Regulasi – Binance harus mematuhi aturan di berbagai yurisdiksi. Jika sebuah token dinilai bermasalah dari sisi regulasi, delisting menjadi pilihan.
- Transparansi Tim Pengembang – Token yang gagal menjaga transparansi atau tidak lagi aktif mengembangkan proyeknya dapat dinilai berisiko tinggi.
- Kasus Penipuan atau Skandal – Apabila sebuah proyek terindikasi penipuan (scam) atau terlibat dalam aktivitas ilegal, Binance tidak segan menghapusnya.
Dalam kasus kali ini, Binance tidak menjelaskan secara detail alasan spesifik di balik penghapusan masing-masing token. Namun, biasanya alasan-alasan di atas menjadi faktor utama yang dipertimbangkan.
Dampak bagi Trader dan Investor
Bagi trader aktif, keputusan delisting berarti mereka harus segera menutup posisi atau memindahkan aset sebelum batas waktu yang ditentukan. Jika terlambat, aset akan tetap tersimpan di Binance, tetapi tidak bisa lagi diperdagangkan, bahkan bisa sulit dicairkan setelah tanggal penarikan terakhir.
Bagi investor jangka panjang, delisting sering dianggap sebagai sinyal negatif. Token yang dihapus dari bursa besar seperti Binance biasanya mengalami penurunan harga drastis karena kehilangan akses pasar yang luas. Hal ini juga menurunkan kepercayaan komunitas terhadap proyek tersebut.
Namun, tidak semua kasus delisting berakhir buruk. Ada juga token yang tetap bertahan di bursa lain dan melanjutkan pengembangannya. Akan tetapi, untuk sebagian besar, delisting dari Binance adalah peringatan serius mengenai masa depan token tersebut.
Profil Singkat Token yang Terkena Delisting
Untuk memberikan gambaran lebih jelas, berikut adalah ringkasan singkat tentang beberapa token yang akan dihapus:
- BADGER (Badger DAO) – Proyek DeFi yang berfokus pada membawa Bitcoin ke ekosistem Ethereum. Popularitasnya sempat naik di tahun 2021, namun volume perdagangannya kini menurun drastis.
- BAL (Balancer) – Platform AMM (Automated Market Maker) yang memungkinkan likuiditas fleksibel. Meski sempat menjadi pemain besar di DeFi, persaingan ketat membuat perannya berkurang.
- CREAM (Cream Finance) – Salah satu proyek pinjaman DeFi yang sering tersandung masalah keamanan, termasuk beberapa peretasan besar.
- FIRO – Dulu dikenal sebagai Zcoin, merupakan token privasi. Popularitasnya redup setelah beberapa regulasi global mulai membatasi token privasi.
- SNT (Status) – Aplikasi messenger berbasis Ethereum dengan token asli. Kurangnya adopsi luas membuatnya tertinggal dibanding aplikasi Web3 lain.
Token-token lain seperti ELF, CTXC, NULS, hingga VIDT juga memiliki perjalanan panjang, tetapi tak lagi mampu bersaing di pasar yang semakin padat.
Strategi yang Bisa Dilakukan Pengguna
Jika Anda adalah salah satu pengguna yang memiliki token tersebut di akun Binance, ada beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan:
- Segera Tarik Dana – Jangan tunggu mendekati tenggat waktu. Lebih cepat lebih baik untuk meminimalkan risiko.
- Pindahkan ke Bursa Lain – Cek apakah token tersebut masih diperdagangkan di bursa lain yang memiliki reputasi baik.
- Simpan di Wallet Pribadi – Jika masih percaya pada proyek tersebut, simpan token di dompet pribadi (non-custodial wallet).
- Pertimbangkan untuk Menjual – Jika ragu dengan masa depan token, menjual sebelum harga jatuh lebih jauh bisa jadi pilihan bijak.
- Ikuti Perkembangan Resmi – Selalu pantau pengumuman resmi dari Binance dan tim pengembang token terkait.
Sejarah Delisting Binance
Sebagai bursa dengan volume perdagangan terbesar, Binance sering menjadi barometer kesehatan pasar kripto. Ketika Binance memutuskan untuk menghapus sebuah token, dampaknya terasa besar di seluruh ekosistem. Beberapa kasus delisting terdahulu bahkan membuat harga token turun hingga 90% dalam hitungan hari.
Sebagai contoh, pada tahun 2019 Binance pernah menghapus BCHSV (Bitcoin SV) akibat kontroversi internal komunitas. Harga token tersebut anjlok setelah penghapusan. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan Binance memiliki pengaruh signifikan pada kelangsungan hidup sebuah aset digital.
Apa Artinya bagi Pasar Kripto?
Kebijakan delisting ini juga mencerminkan dinamika dunia kripto yang terus berubah. Dari ribuan token yang beredar, hanya sebagian kecil yang mampu bertahan dalam jangka panjang. Bursa besar seperti Binance cenderung menjaga reputasi dengan hanya memperdagangkan aset yang memiliki likuiditas tinggi, teknologi kuat, dan komunitas solid.
Bagi investor, hal ini bisa menjadi pelajaran penting: tidak semua token layak untuk dipegang jangka panjang. Evaluasi mendalam sebelum membeli menjadi hal yang wajib, terutama di pasar kripto yang terkenal sangat volatil.
Kesimpulan
Penghapusan 14 token dari Binance pada April 2025 menjadi pengingat keras bagi para pelaku pasar kripto bahwa risiko selalu ada. Trader dan investor harus siap dengan segala kemungkinan, termasuk kehilangan akses ke bursa utama. Dengan memahami alasan di balik delisting, dampak yang mungkin terjadi, serta langkah antisipasi yang bisa diambil, pengguna bisa meminimalkan kerugian dan tetap menjaga strategi investasi mereka tetap sehat.
Untuk saat ini, prioritas utama adalah memastikan aset yang terkena dampak tidak tertinggal di Binance melewati batas penarikan terakhir pada 9 Juni 2025. Jangan sampai kelalaian mengakibatkan kerugian yang sebenarnya bisa dihindari.
— Navigasi.in
Post a Comment for "Peringatan Delisting: 14 Token di Binance, Trader Harus Siap Ambil Langkah"