Potret Keakraban di Balik Ketegasan Latihan Silat PSHT
Navigasiin - Dalam dunia pencak silat, kita sering kali membayangkan ketegasan, kerasnya latihan fisik, serta keseriusan dalam setiap gerakan. Namun di balik wajah-wajah tegas dan tubuh yang terlatih menghadapi kerasnya latihan, tersimpan nilai-nilai luhur yang jauh lebih dalam: persaudaraan, empati, dan keakraban yang tidak bisa dipisahkan dari esensi bela diri tradisional Indonesia.
![]() |
Potret Keakraban di Balik Ketegasan Latihan Silat PSHT |
Salah satu organisasi pencak silat terbesar dan tertua di Indonesia, Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), telah menjadi simbol dari kombinasi tersebut. PSHT bukan hanya tempat untuk mengasah teknik bela diri, melainkan juga ruang tumbuhnya karakter, kedewasaan, dan hubungan sosial yang kuat antarsesama anggotanya. Dalam banyak kegiatan latihan dan pembinaan, momen-momen keakraban yang tak terduga kerap muncul dan menjadi bukti bahwa PSHT lebih dari sekadar organisasi bela diri—ia adalah keluarga besar yang dibangun atas dasar kasih sayang dan persaudaraan.
Momen Kebersamaan yang Tertangkap Kamera
Sebuah foto yang baru-baru ini beredar di media sosial memperlihatkan potret kehangatan di tengah latihan silat PSHT. Dalam foto tersebut, dua orang pesilat muda tampak saling bersentuhan wajah secara dekat, seolah menunjukkan kasih sayang dan rasa hormat antarsesama. Di latar belakang, rekan-rekan pesilat lain berdiri dalam barisan, mengenakan seragam hitam khas PSHT dengan sabuk hijau—menandakan tingkatan dalam perjalanan mereka mempelajari pencak silat.
Meski sepintas mungkin tampak seperti interaksi tak biasa, momen ini sebetulnya mengandung pesan kuat mengenai nilai-nilai luhur dalam organisasi pencak silat. Dalam budaya silat tradisional, interaksi yang dekat dan saling merangkul sesama saudara seperguruan bukan hal asing. Hal ini mencerminkan betapa eratnya ikatan yang terjalin antara anggota, terutama setelah melalui proses panjang latihan bersama, menghadapi tantangan yang sama, serta tumbuh dalam lingkungan yang menekankan solidaritas dan saling menghormati.
PSHT dan Ajaran Persaudaraan Sejati
PSHT, yang berdiri sejak tahun 1922 di Madiun, Jawa Timur, memiliki ajaran inti tentang bagaimana seorang manusia harus "mengutamakan persaudaraan dan membela kebenaran serta keadilan." Dalam konteks ini, hubungan antarpesilat dibangun bukan hanya dalam kerangka guru dan murid, tetapi lebih sebagai saudara sejiwa. Mereka diajarkan untuk saling membantu, menghormati, dan membela satu sama lain, baik di dalam maupun di luar gelanggang.
Pelatihan fisik yang keras tidak lantas membuat PSHT menjadi organisasi kaku tanpa emosi. Sebaliknya, justru dari proses bersama itulah muncul rasa saling memiliki. Ikatan emosional yang dibangun bertahun-tahun selama berlatih membuat para pesilat seringkali memperlakukan satu sama lain layaknya saudara kandung. Bukan hal yang aneh jika mereka saling memeluk, menepuk pundak, atau bahkan menunjukkan rasa sayang dengan cara-cara sederhana seperti dalam foto tersebut.
Mengapa Momen Seperti Ini Penting?
Dalam dunia yang semakin terpolarisasi dan penuh konflik, kebersamaan dan kasih sayang antarmanusia menjadi hal yang langka. Terlebih dalam lingkungan yang identik dengan maskulinitas seperti bela diri, momen-momen seperti ini justru menjadi oase yang menunjukkan bahwa kekuatan sejati tidak hanya diukur dari otot, tetapi dari hati yang mampu menyayangi dan menerima.
Bagi banyak pesilat muda, PSHT bukan hanya tempat belajar tendangan dan pukulan. Ini adalah tempat mereka belajar tentang arti menjaga perasaan orang lain, memahami pentingnya empati, serta membangun jaringan sosial yang sehat. Dalam latihan rutin maupun kegiatan luar seperti pengajian, bakti sosial, hingga pengabdian masyarakat, nilai-nilai itu senantiasa disisipkan oleh para pelatih dan sesepuh perguruan.
Tantangan: Salah Paham dari Publik
Namun sayangnya, tidak semua orang memahami konteks budaya dan tradisi ini. Beberapa pihak yang melihat foto tersebut dengan sudut pandang sempit bisa saja menilai secara negatif atau bahkan menyebarkan opini keliru. Padahal, hal itu jauh dari nilai sebenarnya yang ingin ditanamkan dalam perguruan pencak silat seperti PSHT.
Penting untuk menyadarkan publik bahwa tidak semua interaksi fisik antara laki-laki harus ditafsirkan dengan lensa seksual. Dalam budaya Jawa dan berbagai suku lain di Indonesia, keakraban sesama jenis sudah menjadi bagian dari tradisi turun temurun. Pelukan, pegangan tangan, bahkan cium pipi sebagai tanda kasih sayang bukanlah hal yang tabu, terutama dalam konteks hubungan persaudaraan dan spiritualitas.
Mendidik Lewat Teladan
Para pelatih dan sesepuh PSHT pun sadar bahwa generasi muda membutuhkan arahan yang jelas dalam memahami batas-batas interaksi fisik dan nilai-nilai luhur perguruan. Oleh karena itu, mereka tidak hanya melatih teknik bertarung, tetapi juga mengajarkan etika, sopan santun, serta ajaran kejiwaan yang seimbang.
Dalam PSHT, ada istilah yang sangat dikenal: "Mendidik manusia berbudi luhur tahu benar dan salah." Ini bukan sekadar slogan. Setiap tindakan, baik di dalam maupun luar pelatihan, diarahkan agar para pesilat menjadi pribadi yang utuh secara fisik, mental, dan spiritual. Termasuk dalam memahami bahwa menunjukkan kasih sayang bukanlah tanda kelemahan, melainkan kekuatan sejati dari seorang pendekar.
Sebuah Keluarga, Bukan Sekadar Perguruan
Salah satu alumni PSHT pernah berkata, “Saya tidak menemukan keluarga yang lebih erat selain di sini. Kami menangis, tertawa, berdarah, dan tumbuh bersama. Tidak semua orang akan mengerti, tapi yang pernah menjalaninya akan paham betapa dalamnya arti ‘saudara’ di dalam PSHT.”
Pernyataan ini mencerminkan kenyataan bahwa ikatan yang terjalin dalam perguruan pencak silat bukan ikatan basa-basi. Ia terbangun dari pengalaman, perjuangan, dan nilai-nilai luhur yang tertanam sejak dini. Maka tidak mengherankan jika banyak pesilat tetap menjaga hubungan baik dengan sesama anggota meski telah berpuluh tahun tidak bertemu.
Penutup
Foto momen keakraban antarpesilat PSHT yang viral di media sosial seharusnya menjadi pengingat bahwa kekuatan sejati seorang pesilat tidak hanya tampak dari gerakannya, tetapi dari hatinya yang mampu mengasihi sesama. Keberanian untuk menunjukkan kasih sayang dan membangun persaudaraan sejati adalah bagian dari ajaran luhur perguruan yang telah berusia seabad ini.
PSHT bukan sekadar tempat latihan silat. Ia adalah rumah bagi mereka yang ingin belajar menjadi manusia seutuhnya. Dan di rumah itu, setiap bentuk cinta, penghormatan, dan kebersamaan adalah bagian dari perjalanan menjadi pendekar sejati.
Post a Comment for "Potret Keakraban di Balik Ketegasan Latihan Silat PSHT"