Hilang 10.000 Bitcoin Gara-Gara Laptop Dibuang Ibu, Trader Ini Pingsan dan Frustasi
NAVIGASI.in – Dunia kripto kembali dihebohkan dengan sebuah kisah tragis yang menjadi peringatan bagi siapa saja yang menyimpan aset digital secara lokal di perangkat fisik. Seorang trader anonim baru-baru ini membagikan kisah memilukannya di sebuah forum daring, ketika ia kehilangan sebanyak 10.000 Bitcoin atau setara dengan lebih dari Rp19,43 triliun (mengacu pada harga Bitcoin sekitar Rp1,94 miliar per BTC pada Agustus 2025).
![]() |
Hilang 10.000 Bitcoin Gara-Gara Laptop Dibuang Ibu, Trader Ini Pingsan dan Frustasi |
Penyebabnya sungguh mengejutkan: laptop yang menyimpan seluruh dompet digitalnya telah dibuang oleh ibunya karena dianggap sudah rusak dan tidak terpakai.
Beli Bitcoin di Era Awal, Hanya Modal Ratusan Ribu Rupiah
Trader yang tidak disebutkan namanya ini mengaku mulai membeli Bitcoin pada awal 2010, tepat ketika aset kripto tersebut belum dikenal luas oleh publik. Ia menceritakan bahwa saat itu harga satu Bitcoin bahkan belum mencapai Rp1000, dan ia membeli sekitar 10.000 BTC hanya dengan Rp744.000. Ia menganggapnya sebagai eksperimen iseng-iseng karena tertarik pada teknologi blockchain yang masih sangat baru.
Bitcoin yang ia beli kemudian disimpan dalam bentuk file wallet di laptop miliknya yang saat itu sudah cukup tua. Karena belum ada exchange atau layanan penyimpanan berbasis cloud seperti sekarang, penyimpanan lokal adalah satu-satunya cara. Ia pun menaruh file wallet tersebut di hard disk laptop tanpa membuat salinan cadangan.
Perjalanan Hidup dan Lupa Akan Bitcoin
Seiring waktu berjalan, kehidupan membuatnya sibuk. Ia menikah, pindah rumah, berganti pekerjaan, dan akhirnya laptop tempat penyimpanan Bitcoin itu disimpan di gudang rumah ibunya. Ia mengaku sudah lama tidak memikirkan Bitcoin dan menganggapnya hanya sebagai bagian dari masa lalu yang tidak terlalu penting.
Namun, pada tahun 2021 ketika Bitcoin mulai menembus harga ratusan juta rupiah per koin, ia mulai mencari-cari laptop lamanya. Sayangnya, ia baru menyadari bahwa laptop tersebut telah dibuang oleh ibunya beberapa tahun sebelumnya saat bersih-bersih rumah. Sang ibu tidak mengetahui pentingnya laptop tersebut dan menganggapnya sebagai barang elektronik rongsokan yang sudah mati total.
Frustrasi, Menangis, Hingga Pingsan
Mengetahui bahwa 10.000 Bitcoin miliknya kini tidak dapat diakses, trader itu mengaku syok berat. Ia menangis, berteriak, dan akhirnya pingsan karena tidak kuat membayangkan bahwa ia telah kehilangan kekayaan senilai lebih dari Rp19 triliun. Ia menyebutkan bahwa perasaannya seperti seseorang yang tiba-tiba kehilangan seluruh hidupnya dalam sekejap mata, meskipun secara legal dan logika ia tidak kehilangan apa pun yang sedang dimilikinya—karena sejak awal ia tidak memanfaatkannya.
"Saya tidak menyalahkan ibu saya. Dia hanya ingin membersihkan rumah, dan saya juga yang tidak memberi tahu bahwa laptop itu menyimpan dompet digital," ungkapnya dalam sebuah forum kripto. "Tapi itu tetap membuat saya gila. Saya sudah mencoba terapi, meditasi, hingga hipnoterapi untuk bisa menerima kenyataan ini."
Apakah Ada Cara Mengembalikan Bitcoin yang Hilang?
Kisah ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan komunitas kripto: apakah ada kemungkinan untuk memulihkan Bitcoin yang hilang karena media penyimpanan fisik rusak atau hilang?
Jawabannya, secara teknis, sangat sulit. Bitcoin tidak tersimpan secara fisik di perangkat, melainkan dalam jaringan blockchain. Namun, untuk bisa mengaksesnya, dibutuhkan private key yang disimpan dalam file wallet atau hardware wallet. Jika file tersebut hilang tanpa backup, tidak ada cara untuk mengakses koin yang ada di dalamnya.
Beberapa ahli digital forensik memang bisa mencoba merekonstruksi data dari hard disk rusak, namun jika laptop sudah dibuang bertahun-tahun lalu dan masuk ke tempat pembuangan akhir atau hancur dalam proses daur ulang, harapan tersebut hampir tidak ada. Dengan kata lain, Bitcoin tersebut “hilang selamanya” dari sirkulasi.
Kasus Serupa di Dunia Kripto
Kisah tragis seperti ini bukan yang pertama. Kasus paling terkenal adalah James Howells, pria asal Inggris yang mengklaim kehilangan hard disk berisi 8.000 BTC setelah dibuang ke tempat sampah secara tidak sengaja. Ia bahkan sempat mengajukan izin ke pemerintah daerah Newport untuk menggali tempat pembuangan akhir, namun selalu ditolak karena alasan lingkungan dan biaya yang sangat tinggi.
Menurut Chainalysis, sebuah perusahaan analitik blockchain, diperkirakan ada sekitar 20% dari total Bitcoin yang beredar telah hilang secara permanen karena kehilangan akses wallet atau private key. Artinya, dari total 21 juta BTC yang akan tersedia, sekitar 3–4 juta BTC sudah tidak dapat digunakan lagi.
Pentingnya Backup dan Edukasi Digital
Kisah ini seharusnya menjadi peringatan keras bagi para pemilik aset digital. Tidak hanya Bitcoin, melainkan juga aset kripto lain, NFT, dan file penting yang disimpan secara digital. Tanpa backup, tanpa edukasi kepada keluarga, dan tanpa sistem keamanan berlapis, seseorang bisa kehilangan aset miliaran bahkan triliunan rupiah hanya karena kesalahan kecil seperti membuang perangkat tanpa mengecek isinya.
Para pakar keamanan digital menyarankan agar setiap pemilik aset kripto:
- Membuat backup file wallet di beberapa lokasi aman (seperti USB drive terenkripsi dan cloud storage dengan keamanan tinggi)
- Menyimpan private key secara offline dan aman, misalnya di brankas
- Menggunakan hardware wallet untuk penyimpanan jangka panjang
- Memberikan instruksi digital atau wasiat kepada keluarga bila sewaktu-waktu terjadi sesuatu
Akhir Cerita: Harapan yang Tak Kunjung Datang
Trader tersebut hingga kini belum berhasil menemukan kembali laptopnya. Ia sudah mencoba menghubungi tempat daur ulang elektronik, mengiklankan pencarian di media sosial, hingga menyewa detektif digital. Namun semua usahanya nihil. Ia pun memilih untuk hidup dengan rasa kehilangan yang tak bisa diobati oleh waktu.
“Setiap kali saya melihat harga Bitcoin naik, saya merasakan luka lama kembali terbuka. Tapi saya juga belajar untuk ikhlas. Saya tahu bahwa saya bukan satu-satunya. Ada ribuan orang lain di luar sana yang mengalami hal serupa,” katanya menutup ceritanya.
Penutup
Kisah ini menjadi pelajaran penting bahwa di dunia digital, kehilangan data bisa berarti kehilangan kekayaan. Aset digital bukan hanya butuh investasi, tapi juga perawatan dan perlindungan jangka panjang. Jadi, bagi siapa pun yang saat ini menyimpan Bitcoin atau aset digital lain, pastikan Anda telah melakukan backup dan mengamankannya dengan benar. Jangan biarkan kisah kehilangan tragis seperti ini terjadi lagi.
Post a Comment for "Hilang 10.000 Bitcoin Gara-Gara Laptop Dibuang Ibu, Trader Ini Pingsan dan Frustasi"