Youtube

a16z Tuding Bank-Bank Besar AS Lakukan “Chokepoint 3.0” untuk Membunuh Inovasi Fintech dan Kripto

Navigasi.in – Di tengah pertumbuhan pesat sektor kripto dan teknologi keuangan (fintech), muncul peringatan serius dari raksasa modal ventura Silicon Valley, Andreessen Horowitz (a16z). Salah satu partner utamanya, Alex Rampell, menyuarakan tuduhan bahwa bank-bank besar di Amerika Serikat kini secara sistematis menghambat pertumbuhan inovasi dengan taktik yang disebutnya sebagai “Operation Chokepoint 3.0”.

a16z Tuding Bank-Bank Besar AS Lakukan “Chokepoint 3.0” untuk Membunuh Inovasi Fintech dan Kripto
a16z Tuding Bank-Bank Besar AS Lakukan “Chokepoint 3.0” untuk Membunuh Inovasi Fintech dan Kripto

Dalam sebuah pernyataan awal Agustus 2025, Rampell menyebut bahwa bank besar seperti JPMorgan Chase menerapkan tarif tinggi, batasan data, serta hambatan transfer ke layanan seperti Coinbase dan Robinhood. Tindakan ini, menurutnya, secara langsung mencekik startup digital yang menjadi ancaman bagi bank tradisional.

Apa Itu “Operation Chokepoint 3.0”?

Istilah ini mengacu pada dugaan upaya terstruktur bank-bank besar untuk menutup akses bagi perusahaan fintech dan kripto melalui taktik ekonomi. Rampell menyebutnya kelanjutan dari praktik masa lalu:

  • Chokepoint 1.0: Pemblokiran sistem keuangan untuk bisnis “berisiko tinggi.”
  • Chokepoint 2.0: Tekanan regulasi terhadap dompet digital dan startup pembayaran.
  • Chokepoint 3.0: Monetisasi akses data dan penguncian infrastruktur oleh bank besar.

"Bank-bank besar tidak bersaing secara adil. Mereka menyewakan akses ke data yang seharusnya milik pelanggan, dengan biaya mahal," kata Rampell.

Bagaimana Praktik Ini Diterapkan?

Rampell menyoroti bagaimana bank mengenakan biaya tinggi untuk akses data rekening. Startup fintech yang ingin memberikan layanan berbasis data harus membayar:

  • Biaya akses saldo atau histori transaksi,
  • Biaya per permintaan API (hingga $0,50),
  • Biaya koneksi untuk transfer dana ke layanan pihak ketiga.

Dengan volume permintaan data yang besar, biaya ini menjadi beban operasional yang tidak masuk akal bagi startup kecil.

JPMorgan Membela Diri

JPMorgan mengaku menerima lebih dari 2 miliar permintaan data setiap bulan. Mereka membela biaya tersebut sebagai:

  • Upaya mencegah penyalahgunaan data,
  • Perlindungan infrastruktur teknologi mereka,
  • Dorongan pengembangan API yang lebih efisien dan aman.

Namun Tyler Winklevoss, pendiri Gemini, menyebut kebijakan ini bisa membuat banyak fintech kecil bangkrut bahkan sebelum tumbuh.

Melanggar Dodd-Frank Act?

Rampell juga menyebut bahwa perilaku bank ini melanggar semangat Section 1033 Dodd-Frank Act, yang memberikan hak kepada konsumen untuk mengakses data keuangan mereka sendiri.

"Ini bukan soal teknologi, tapi soal kekuasaan. Ketika bank mengontrol data dan biaya, konsumen tidak lagi punya pilihan bebas," tegasnya.

“Bank Kini Memiliki Sandera, Bukan Pelanggan”

Rampell mengeluarkan pernyataan kontroversial: “Many banks have hostages, not customers.” Ia mengibaratkan pelanggan kini seolah dipaksa bertahan di sistem lama karena mahal dan sulitnya pindah ke layanan baru.

Hambatan yang ditanamkan bank dalam bentuk biaya, keterbatasan API, dan ketergantungan infrastruktur membuat konsumen kehilangan kebebasan untuk memilih.

Dampaknya terhadap Startup dan Inovasi

Bila dibiarkan, berikut risiko yang mungkin terjadi:

  • Inovasi fintech tertahan oleh biaya operasional yang tidak sehat,
  • Pasar menjadi tidak kompetitif dan terkonsentrasi pada pemain besar,
  • Pengguna akhir mendapatkan layanan lebih mahal dengan lebih sedikit pilihan.

Beberapa startup bahkan kini mempertimbangkan membangun sistem bank sendiri—opsi yang mahal dan sulit.

Kontras dengan Open Banking

Ironisnya, negara-negara seperti Inggris dan Uni Eropa justru telah menerapkan kebijakan Open Banking yang mewajibkan bank menyediakan akses gratis terhadap data dengan izin pengguna.

Amerika Serikat hingga kini belum memiliki aturan sejenis secara nasional, yang membuka celah bagi bank untuk memonopoli sistem dan memungut biaya sewenang-wenang.

a16z dan Seruan Regulasi

Rampell mewakili posisi Andreessen Horowitz, yang telah banyak berinvestasi di perusahaan data dan infrastruktur keuangan seperti Plaid, Layer, hingga berbagai protokol Web3.

Mereka menyerukan kepada pemerintah federal dan pemerintahan Trump untuk mengambil tindakan cepat, agar prinsip persaingan sehat tetap dijaga.

Kesimpulan

Operasi “Chokepoint 3.0” yang dituding dilakukan oleh bank-bank besar adalah cerminan dari kekuatan institusi lama yang berusaha mempertahankan dominasi. Sementara teknologi dan konsumen bergerak ke arah terbuka dan terdesentralisasi, bank justru memasang penghalang berbasis biaya dan teknis.

Tanpa intervensi regulator, ekosistem keuangan yang inklusif dan kompetitif hanya akan menjadi mimpi. Data keuangan adalah milik konsumen, dan seharusnya bukan menjadi sumber monopoli.


Redaksi Navigasi.in | Agustus 2025

Post a Comment for "a16z Tuding Bank-Bank Besar AS Lakukan “Chokepoint 3.0” untuk Membunuh Inovasi Fintech dan Kripto"