Youtube

Dua Pemuda Mencuri Pisang Demi Obat Nenek, Warga Tersentuh

Navigasi.in – Brebes, Jawa Tengah. Di sebuah desa kecil yang tenang di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, sebuah kejadian memilukan menggugah hati masyarakat luas. 

MIRIS BANGET: Dua Pemuda Curi Pisang Demi Beli Obat Neneknya, Warga Sampai Menangis
MIRIS BANGET: Dua Pemuda Curi Pisang Demi Beli Obat Neneknya, Warga Sampai Menangis

Dua pemuda bersaudara dari Kecamatan Bulakamba tertangkap basah warga saat mencuri satu tandan pisang dari kebun warga di Desa Sengon, Kecamatan Tanjung. Namun yang membuat semua orang terdiam bukanlah tindakan mereka, melainkan alasan di baliknya: untuk membeli obat bagi nenek mereka yang tengah sakit keras.

Detik-Detik Penangkapan: Dikepung Warga, Tapi Tak Ada Perlawanan

Peristiwa itu terjadi menjelang sore hari. Warga setempat yang curiga dengan gerak-gerik dua pemuda tak dikenal langsung bertindak cepat. Ketika kedua pemuda tersebut tengah memanggul karung berisi pisang hasil curian, warga mengepung mereka dari berbagai arah. Namun yang mengejutkan, kedua pemuda itu sama sekali tidak melawan. Mereka hanya terduduk lemas di pinggir kebun, dengan wajah lesu dan tubuh kurus yang memprihatinkan.

“Saya kira mereka pencuri pisang biasa. Tapi begitu saya lihat tubuh mereka kurus sekali, baju compang-camping, dan mereka diam saja, saya mulai curiga ini bukan kejadian biasa,” kata Mulyadi, salah satu warga yang pertama kali menangkap mereka.

Motif yang Membuat Haru: Pisang Dijual untuk Obat Nenek

Ketika warga mulai menanyai motif di balik tindakan mereka, jawaban yang keluar begitu menyayat hati. Salah satu dari mereka berkata pelan, “Kami cuma mau jual pisang ini, buat beli obat nenek yang lagi sakit.” Jawaban itu membuat suasana hening. Bahkan beberapa warga tak kuasa menahan air mata.

Keduanya adalah kakak beradik, sebut saja Ardi (18) dan Dani (15). Mereka tinggal di sebuah rumah semi permanen di pinggiran Kecamatan Bulakamba bersama neneknya yang sudah renta. Sejak ditinggal orang tua yang merantau dan tidak pernah kembali, mereka berdua menjadi tulang punggung keluarga. Ardi bekerja serabutan, kadang memulung, kadang mengamen. Sementara Dani masih terlalu muda untuk bekerja, namun sering membantu mencari makan.

Polisi Turun Tangan: Kapolsek Tanjung Lakukan Mediasi Kemanusiaan

Setelah mengetahui kejadian tersebut, aparat Kepolisian Sektor Tanjung yang dipimpin oleh Kapolsek AKP Umi Antum Farich langsung turun tangan. Ia menjemput kedua pemuda itu ke rumah warga yang menahan mereka, dan melakukan pendekatan secara persuasif. “Kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari perbuatannya. Kita harus melihat latar belakangnya juga,” ujar AKP Umi dengan nada tegas namun penuh empati.

Kapolsek lalu mempertemukan kedua pemuda itu dengan pemilik kebun pisang. Di luar dugaan, pemilik kebun justru menunjukkan ketulusan yang luar biasa. “Saya juga orang susah, saya tahu rasanya kalau tidak punya apa-apa. Kalau memang untuk beli obat, ya saya ikhlaskan,” ucapnya sambil menepuk bahu Ardi dan Dani.

Kondisi Rumah Sangat Memprihatinkan

Tak berhenti sampai di situ, Kapolsek bersama anggota dan beberapa warga mendatangi rumah kedua pemuda tersebut. Rumah mereka hanya berdinding anyaman bambu yang sudah bolong di beberapa tempat. Di dalamnya, seorang nenek renta terbaring lemah di atas kasur tipis. Tak ada obat, tak ada makanan yang layak. Hanya ada satu baskom kecil berisi air putih dan nasi basi di pojok ruangan.

“Kita semua terdiam. Saya pribadi tak kuasa menahan tangis saat melihat kondisi itu,” tutur salah satu warga. Pihak kepolisian langsung menghubungi dinas sosial setempat untuk segera mengirim bantuan darurat. Bantuan pertama yang datang adalah sembako, susu, dan selimut hangat.

Sosok Pemuda Bertanggung Jawab: Walau Miskin, Tak Mau Mengemis

Menurut penuturan tetangga sekitar, Ardi dan Dani selama ini dikenal sebagai anak-anak yang sopan dan tidak pernah membuat masalah. Mereka jarang meminta bantuan, lebih sering mengandalkan tenaga sendiri. Bahkan untuk makan pun, mereka lebih sering makan dari hasil mencari pisang sisa atau umbi-umbian di hutan sekitar.

“Mereka itu anak baik, cuma nasibnya saja yang buruk,” ujar Pak Darto, tetangga mereka yang juga ikut membantu. “Kalau kamu lihat mereka makan, kamu akan menangis. Kadang mereka cuma makan nasi tanpa lauk selama tiga hari.”

Dampak Sosial dan Reaksi Warganet

Kisah ini tak butuh waktu lama untuk viral di media sosial. Foto dua pemuda yang duduk di rumput dengan karung pisang di depannya menyebar luas. Warganet berbondong-bondong memberikan komentar empati dan meminta pemerintah bertindak cepat. Ada yang menawarkan bantuan pendidikan, ada yang ingin menanggung biaya pengobatan nenek mereka, bahkan ada yang ingin mengadopsi keduanya.

“Kalau negara tidak bisa melindungi rakyat kecil, maka rakyat kecil harus saling melindungi satu sama lain,” tulis akun @SahabatTulus di Twitter.

Beberapa organisasi kemanusiaan juga sudah menghubungi keluarga tersebut. Mereka akan memberikan bantuan jangka panjang berupa pendidikan, kesehatan, dan pelatihan kerja bagi Ardi dan Dani.

Pemilik Kebun Jadi Pahlawan Tanpa Tanda Jasa

Tak hanya dua pemuda ini yang menuai simpati. Sang pemilik kebun pisang juga mendapat pujian dari berbagai pihak. Di tengah kondisi hidupnya yang juga sulit, ia masih memiliki hati yang besar untuk memaafkan dan berbagi.

“Kalau semua orang seperti beliau, Indonesia pasti lebih damai,” kata AKP Umi dalam wawancaranya di radio lokal.

Kemiskinan Struktural dan Potret Sosial Indonesia

Kisah ini adalah contoh nyata betapa kemiskinan struktural masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Ketimpangan sosial membuat anak-anak seperti Ardi dan Dani harus memilih antara mencuri atau melihat nenek mereka menderita tanpa obat. Ini bukan soal kriminalitas, tapi soal keadilan sosial yang belum merata.

Menurut data BPS tahun 2025, Kabupaten Brebes masih termasuk dalam 10 besar daerah termiskin di Jawa Tengah. Banyak keluarga yang belum memiliki akses air bersih, fasilitas kesehatan memadai, dan pekerjaan layak.

Pemerintah daerah diminta lebih aktif menyalurkan bantuan dan melakukan pemetaan keluarga rentan. Jangan sampai ada lagi kasus seperti ini yang harus viral dulu baru ditangani.

Harapan di Tengah Derita

Meski berat, kisah ini memberikan secercah harapan. Di tengah keterbatasan, masih ada hati yang tulus. Masih ada warga yang tidak kehilangan rasa kemanusiaannya. Dan masih ada anak muda yang, walau miskin dan lapar, tetap punya rasa cinta dan tanggung jawab terhadap keluarganya.

Ardi dan Dani kini tidak lagi sendiri. Mereka sudah mulai menerima bantuan dan perhatian dari banyak pihak. Dan yang terpenting, nenek mereka juga sudah mendapatkan pengobatan pertama dari puskesmas setempat.

Penutup

Kisah dua pemuda yang mencuri pisang demi membeli obat untuk neneknya adalah pengingat bagi kita semua. Bahwa di luar sana, masih banyak orang yang berjuang bertahan hidup. Mereka bukan kriminal, mereka hanya korban dari sistem sosial yang tidak adil.

Semoga kita semua bisa lebih peduli, lebih tanggap, dan lebih manusiawi. Karena kemiskinan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga tanggung jawab kita sebagai sesama manusia.


#SemuaOrang berhak hidup layak. Mari bantu satu sama lain.

Post a Comment for "Dua Pemuda Mencuri Pisang Demi Obat Nenek, Warga Tersentuh"