Terpisah di Hari Bahagia: Siswa Tak Bisa Rayakan Kelulusan Gara-Gara Tunggakan SPP
Navigasiin - Sebuah video memilukan viral di media sosial. Seorang siswa duduk sendirian di pojok halaman sekolah, tatapannya kosong, sementara puluhan teman-temannya bersorak, berpelukan, dan berfoto penuh kebahagiaan. Ia hanya memandang dari jauh—tak berani bergabung. Bukan karena tak lulus, bukan pula karena tak punya teman. Tapi karena satu alasan yang menusuk: ia tak diizinkan ikut perayaan kelulusan lantaran belum melunasi SPP.
![]() |
Terpisah di Hari Bahagia: Siswa Tak Bisa Rayakan Kelulusan Gara-Gara Tunggakan SPP |
Sekolah menahan ijazahnya, dan rasa malu membuatnya memilih mengasingkan diri di tengah euforia kawan-kawannya. Padahal, momen kelulusan adalah titik penting dalam hidup seorang remaja —simbol perjuangan, perpisahan, dan gerbang menuju masa depan.
Video itu memantik kemarahan publik. "Apakah pendidikan dan momen emosional seperti kelulusan kini jadi hak istimewa yang bisa dicabut hanya karena urusan administrasi?" tanya seorang netizen. Banyak yang mempertanyakan kebijakan sekolah, menilai tindakan tersebut kejam dan tidak mendidik.
"Anak itu sudah berhasil menyelesaikan studinya, tapi justru dihukum di hari terakhirnya. Apa ini yang disebut pendidikan?" tulis seorang pengguna Twitter.
Namun, sebagian lain berargumen bahwa sekolah juga punya tanggung jawab keuangan. "Aturan harus ditegakkan, kalau tidak, bagaimana sekolah bisa beroperasi?" komentar seorang pihak yang memihak kebijakan sekolah.
Lokasi dan nama sekolah sengaja tak disebutkan dalam video tersebut, tapi kasus ini membuka kembali debat lama tentang akses pendidikan yang adil. Kementerian Pendidikan sempat mengingatkan sekolah untuk tidak menjadikan kelulusan sebagai "senjata" menagih tunggakan, tapi praktik semacam ini masih terjadi di beberapa tempat.
Psikolog anak, Dr. Anita Rahma, menyoroti dampak psikologis yang mungkin dialami siswa. "Ini bisa menimbulkan trauma, perasaan tidak dihargai, dan bahkan menurunkan motivasi belajar ke jenjang berikutnya," ujarnya.
Sementara itu, hingga berita ini diturunkan, belum ada klarifikasi resmi dari pihak sekolah terkait. Yang tersisa hanya pertanyaan: Di mana letak humanisme ketika aturan justru mengorbankan hak bahagia seorang anak?
Editor: R. Wijaya
#PendidikanUntukSemua
#JanganBunuhMimpiAnak
Posting Komentar untuk "Terpisah di Hari Bahagia: Siswa Tak Bisa Rayakan Kelulusan Gara-Gara Tunggakan SPP"