Youtube

Dari Iming-iming Kerja ke Perbudakan Modern: Kisah Pahit Pekerja Indonesia di Kamboja

Navigasiin - PHNOM PENH, KAMBOJA – "Kabur? Itu tidak semudah yang dibayangkan," ujar Rohim Ikmi (nama samaran), salah satu korban perdagangan manusia asal Indonesia yang terjebak di Kamboja.

Dari Iming-iming Kerja ke Perbudakan Modern: Kisah Pahit Pekerja Indonesia di Kamboja
Dari Iming-iming Kerja ke Perbudakan Modern: Kisah Pahit Pekerja Indonesia di Kamboja


Dalam wawancara eksklusif dengan team Navigasi, Rohim menceritakan bagaimana ia dan ratusan pekerja Indonesia lainnya terperangkap dalam jerat sindikat penipuan kerja. Mereka diiming-imingi gaji besar sebagai buruh pabrik, customer service, atau pekerja perkebunan. Namun, kenyataannya, mereka justru dijual ke perusahaan ilegal dan dipaksa bekerja seperti budak.

Terisolasi dan Diawasi Senjata


"Di dalam gedung, kami sangat terisolasi. Tidak bisa keluar karena dijaga orang bersenjata, kebanyakan pakai AK-47," ungkap Rohim.

Banyak korban mencoba melapor ke KBRI atau polisi setempat, tetapi upaya itu justru berakhir tragis. "Kalau ketahuan, kami malah diculik lagi oleh agen, disiksa, disetrum, dan tidak dikasih makan," tambahnya.

Jebakan Visa Turis dan Penipuan Berantai


Awalnya, para korban direkrut oleh agen dengan tawaran kerja ke Malaysia. Mereka dibuatkan paspor dan visa turis, bukan visa kerja. Setelah sampai di Malaysia, mereka dibawa ke perbatasan Thailand-Kamboja, dekat wilayah Poipet.

"Di perjalanan, kami dilayani dengan baik, dikasih makan enak. Tapi begitu sampai, mata kami ditutup, dan dibawa ke sebuah pabrik. Di sana, kami langsung diancam: ‘Selamat datang, jangan berpikir kabur atau pulang, nyawa taruhannya!’," kenang Rohim.

Dua Pilihan Mustahil untuk Bebas


Korban diberi dua opsi untuk "bebas":

  1. Mencapai target kerja yang nyaris mustahil.
  2. Membayar tebusan 60 juta atau menggantikan diri dengan merekrut orang baru.

Namun, kebanyakan opsi ini hanya tipuan. "Bahkan yang berhasil membayar pun tetap dijual lagi ke agen lain," ujar Rohim.

Jalur Kabur yang Berisiko


Satu-satunya kesempatan kabur adalah saat diberi izin keluar—biasanya hanya 1 hari dalam 3 bulan. Beberapa korban mencoba melarikan diri dengan:

  1. Melapor ke KBRI untuk meminta perlindungan.
  2. Menyusup lewat jalur darat dari Kamboja ke Thailand, lalu ke Vietnam.

"Kalau berhasil sampai Vietnam, peluang pulang ke Indonesia lebih besar," kata Rohim.

Peringatan untuk Pencari Kerja


Kasus ini membeberkan modus operandi sindikat perdagangan manusia yang memanfaatkan kebutuhan ekonomi warga Indonesia. Rohim berpesan: "Jangan mudah tergiur tawaran kerja ke luar negeri tanpa agen resmi. Banyak yang akhirnya jadi budak, bahkan tidak bisa pulang selamanya."

Investigasi Khusus Perdagangan Manusia #StopHumanTrafficking 

Sumber: Kesaksian Korban & Investigasi Lapangan

Post a Comment for "Dari Iming-iming Kerja ke Perbudakan Modern: Kisah Pahit Pekerja Indonesia di Kamboja"