DAYAK KUDANGAN / DAYAK TOMUN ( Turunan Kerajaan Pagaruyung Minangkabau )

Navigasi Info - Dayak Kudangan (Dayak Tomun) mengklaim bahwa mereka adalah keturunan dari Datuk Perpatih Nan Sebatang dari Pagaruyung, Sumatra Barat. Banyak kosakata setempat mirip dengan kosakata dalam bahasa Minangkabau. Juga terdapat rumah adat yang mirip dengan rumah adat suku Minangkabau.



Menurut cerita seorang bangsawan dari Kerajaan Pagaruyung yang bernama Malikur Besar Gelar Patih Sebatang Balai Seruang berlayar ke Kalimantan. Memasuki suatu alur sungai, Datuk Malikur Besar itu tertarik dengan suatu daerah dan mendirikan kerajaan kecil yang diberi nama “Kudangan”. Rombongan Datuk Malikur Besar ini berbaur dengan penduduk asli setempat.

Bukti kerajaan Kudangan keturunan Pagarruyung itu, yang sekarang menjadi Kecamatan Delang adalah adanya sejumlah peninggalan bersejarah antara lain suatu bendera berukuran 3 kali 1,5 meter dan hingga kini disimpan dengan baik di rumah adat Kudangan.

Seorang Bangsawan Sebuah kerajaan di Sumatera Barat" Pagaruyung "berlayar sampai ke kerajaan Petarikan, di hulu Sungai Belantikan, pedalaman Kalimantan. Namanya Patih Sebatang. Di daerah ini Patih Sebatang dikisahkan berjumpa dengan seorang putri Kerajaan Petarikan yang cantik jelita.

Namanya Mayang Ilung, yang digambarkan memiliki keindahan tubuh yang sangat mempesona, kulitnya lembut bagai sutra, wajahnya elok berseri bagaikan bulan purnama, bibirnya merah bagai delima, alis matanyanya bagai semut beriring, rambutnya yang panjang dan ikal terurai bagai mayang. Singkat cerita, Patih Sebatang jatuh cinta, dan akhirnya menikahi sang putri.

Tidak lama kemudian, Mayang Ilung melahirkan seorang putra, yang dinamai Cenaka Burai. Kemudian Patih Sebatang memutuskan untuk kembali kekampung halamannya di Sumatera dengan membawa Cenaka Burai anaknya. satu-satunya kenang-kenangan yang mempersatukan cinta mereka adalah cincin pernikahan yang selalu disimpan baik oleh Patih Sebatang.

Setelah Cenaka Burai menjadi Dewasa, ia ingin sekali menjumpai ibunya. Ia meminta apa ciri-ciri ibunya. Sang ayah pun menceritakan kecantikan ibu kandung Cenaka Burai, dan menunjukkan sebuah cincin pernikahan mereka.

Dibekali dengan cincin pernikahan ayahnya, Cenaka Burai pergi berlayar sampai ke kerajaan Petarikan. Sesampainya di sana, masyarakat membawanya menemui sang ibu yang sudah tua. Mayang Ilung ternyata telah bertahun-tahun menantikan kembalinya anak kandungnya. Bukan main senangnya Dayang Ilung mengetahui buah hatinya menjumpainya langsung. Hampir saja ia memeluk Cenaka Burai, tetapi Cenaka Burai menolak.

Cenaka Burai tidak percaya bahwa wanita asing di depannya tersebut adalah ibunya sendiri. Ayahnya telah menceritakan kecantikan sang ibu. Bagaimana mungkin wanita yang tua renta tersebut adalah putri cantik yang diceritakan sang ayah?

Saya juga memperhatikan bahwa kebanyakan warga suku Dayak Tomun mengakui diri mereka sebagai keturunan Patih Sebatang. Saya percaya bahwa Patih Sebatang yang mereka sebut itu adalah Datuak Parpatiah Nan Sabatang, tokoh terkenal dari Minangkabau. Selain itu pula Patih Nan sebatang mempersunting salah seorang gadis Dayak Tomun. Sehingga salah satu bukti yang menunjukan kebenaran bahwa Patih Nan Sabatang berkelana ke daerah ini yaitu Tarian Pagaruyung yang selalu di lakukan pada setiap acara adat pernikahan.

Sedikit Tentang Kudangan: Desa kudangan adalah desa yang terletak di Kalimantan Tengah, Kabupaten Lamandau dan merupakan ibu kota Kecamatan Delang. Daerah yang masih hijau dengan hutan yang masih terjaga karena belum terkontaminasi oleh perusahan-perusahaan dan tambang-tambang yang sifatnya merusak lingkungan dan alam.

Masyarakat yang masih kental dengan adat istiadat menjadikan daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang ingin berkunjung ke daerah ini untuk menyaksikan acara-acara seperti pernikahan adat, prosesi adat kematian, penyambutan tamu agung dan lain-lain.

Desa Kudangan yang dihuni oleh suku Dayak Delang yang merupakan rumpun Dayak Tomun. Tapi bentuk rumah mereka mirip rumah gadang dengan atap melengkung sebagai tanduk kerbau seperti di Minangkabau, Sumatera Barat (Sumbar). Ada lagi kebiasaan kaum laki-laki di Kudangan mengunyah daun sirih dan sebaliknya wanita mengisap rokok kelintingan buatan sendiri.

Bahasa sehari-hari yang dipergunakan adalah bahasa suku Dayak Delang, namun dialek dan sebutan kata-katanya banyak kesamaan dengan bahasa daerah Minangkabau, yang selalu berakhir dengan huruf o dan Ik. Seperti contohnya antara lain duo = dua, , kepalo = Kepala dan lain sebagainya.

Dayak Tomun bukanlah nama diri atau nama suatu suku. Dayak Tomun adalah penamaan untuk sekelompok suku Dayak yang mendiami Daerah Aliran Sungai Lamandau di Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah.

Kata “Tomun’ bisa diartikan “berbicara, bermusyawarah, bertemu, adanya perjumpaan untuk saling memahami, mengerti, dan mengetahui benar, serta memaklumi”.

Tomun artinya kaum yang mudah berhubungan satu sama lain dalam satu rumpun. Walaupun terdiri dari berbagai dialek yang berbeda, mereka masih bisa saling berkomunikasi seakan-akan satu suku.

Sejarah Singkat Desa Kudangan: (Bahasa Delang)


Ija jaman komai ado uyang bonamo Ninik Gonggam agan Ninik Sobal. Siak botara Honda bulah laman lalu dipunjung pokopuan ado uyang , sia nantai boinguan manu tiap babah hari manu nantai hala ninggur di soborang topint bolainyo ninggur di dukuh sia .

DAYAK KUDANGAN / DAYAK TOMUN ( Turunan Kerajaan Pagaruyung Minangkabau )
DAYAK KUDANGAN / DAYAK TOMUN ( Turunan Kerajaan Pagaruyung Minangkabau )


Kato uyang puku laman natai kito gola pindah kosoborang topint obai manu kito tai hala niggur disoborang topint tai. Kali sia bulah dukuh di santai najak panggulan dukuh lalu disantai ado kudangan badak agant balai ruai.

Obai disantai ado louk nantai opasnyo siak tai bulah panggulan laman obai potaraan ninik gonggam agant ninik sobal jadi nantai lau sia bulah laman sia damoi laman kudangan manah-komanahan laman kocit jadi bosar urang kurang jadi banyak lalu laman kudangan banyak urangnyo. Laman ado mantirnyo dukuh ado tuhonyo doi jaman komai laman kudangan di sapo laman potaraan ponakaran poncobian koint.

Hilang mantir digonti mantir hilang tuho digonti tuho laman monjadi bosar urang botambah banyak laman totap borosih tomp’u totap boi diapm lomak duduk nyaman batang dilang kinyo tohu tokah kantung gading cotohu buta urangnyo panjang nyao pohit darah manang boranak lunggur bogonti tipis kinyo tohu tombus gonting kinyo tohu putus obai batang dilang cotohu tokah kantung gading kinyo tohu buta idan nantai laman kudangan badak agan balai ruai topint tona pongkalan batu laman totap borosih urang botambah banyak sodangan uyang dating boharu pan tomui urang dating bujang tampil bobini daro tampil bolaki asalnyo ko kudangan bolainyo pulang obai kudangan laman potaraan .

Sampai sari niin laman mongkin bosar tompuk mongkin borosih urang makin banyak. Pribahasonyo urang banyak manusio tobal di laman tompu pasah bolai di kudangan badak balai ruai sampai ninam .

Mengenalkan kepada masyarakat Indonesia tempat wisata, adat istiadat yang ada di Delang khususnya Desa Kudangan. Bukan hal yang tidak mungkin Kudangan nantinya akan ramai pengunjung karena jalur lintas Provinsi Kalimantan melewati desa ini juga. Dari pandangan saya terhadap politik rencan pemindahan ibu kota Negara ke Kalimantan Tengah akan benar-benar terjadi (pemikiran awam saya) otomatis Kecamatan Delang kemungkinan besar akan ramai juga. Nah, ini lah tujuan saya ingin mengenalkan potensi-potensi yang ada di delang baik kebudayaan dan wisata-wisata alam yang patut dipertimbangkan oleh traveler maupun pecinta alam.

Source : FolksOfDayak

Penulis : Fierza Hizqia Aziez

#FolksOfBanjar #FolksOfDayak #FolksOfBorneo #SDN #KPSDM #PusakaNusantaraOfficial #Mal
navigasiin
navigasiin navigasiin adalah portal Situs Berita Berbahasa Indonesia yang menyajikan berita terkini terpercaya sebagai petunjuk inspirasi anda

Posting Komentar untuk "DAYAK KUDANGAN / DAYAK TOMUN ( Turunan Kerajaan Pagaruyung Minangkabau )"