Sejarah Nusantara: Misteri Kerajaan Kendali, Sekala Bekhak, dan Asal Usul Masyarakat Adat Lampung
Navigasi.in – Lampung, 1 Oktober 2025 - Sejarah Lampung sebagai salah satu wilayah tua di Nusantara kembali menarik perhatian para sejarawan. Antara tahun 454 hingga 464 Masehi, sebuah catatan langka menyebutkan keberadaan Kerajaan Kendali, kerajaan maritim yang terletak di antara Pulau Jawa dan Kamboja. Nama Kendali ini pertama kali muncul dalam sebuah kajian yang dikutip oleh Prof. Wang Gungwu dalam Journal of the Malayan Branch of The Royal Asiatic Society.
![]() |
Sejarah Nusantara: Misteri Kerajaan Kendali, Sekala Bekhak, dan Asal Usul Masyarakat Adat Lampung |
Dalam laporan itu disebutkan bahwa pada tahun-tahun 441, 455, 502, 518, 520, 560, dan 563 M, utusan dari negeri Kendali tercatat melakukan kunjungan diplomatik ke negeri Tiongkok. Hal ini menunjukkan bahwa Lampung, atau lebih tepatnya Sekala Bekhak yang diyakini sebagai akar kebudayaan Lampung, telah memiliki jaringan perdagangan dan hubungan diplomasi internasional sejak abad ke-5 Masehi.
Utusan Kerajaan Kendali ke Negeri Tiongko
![]() |
Sejarah Nusantara: Misteri Kerajaan Kendali, Sekala Bekhak, dan Asal Usul Masyarakat Adat Lampung |
Yang mulia Sapanalanlinda dari Negeri Kendali disebut sebagai sosok penting yang mengirimkan utusannya ke Tiongkok. Namun, menurut L.C. Westenenk, nama ini bukanlah nama asli. Sebutan "Sapanalanlinda" diduga berasal dari kesulitan bangsa Tiongkok dalam melafalkan gelar Sribaginda. Dari penafsiran inilah kemudian muncul dugaan bahwa pusat kerajaan Kendali terkait erat dengan wilayah Kenali, yang kini dikenal sebagai ibukota Kecamatan Belalau di Lampung Barat.
Kerajaan Kendali, atau yang dalam interpretasi sejarah dikenal sebagai bagian dari Sekala Bekhak Kuno, menjalin hubungan dagang tidak hanya dengan kerajaan-kerajaan Nusantara, melainkan juga dengan India dan Cina. Fakta ini menempatkan Lampung dalam posisi strategis jalur perdagangan internasional sejak masa awal sejarah maritim Asia Tenggara.
Pernyataan Sejarawan Dunia: Kendali dan Holotan
Sejarawan O.W. Wolters dari Cornell University, dalam karyanya Early Indonesian Commerce (1967), menegaskan bahwa pada abad ke-5 dan ke-6, ada dua kerajaan di Asia Tenggara yang aktif berdagang dengan Tiongkok, yaitu Kendali di Andalas dan Holotan di Jawa. Catatan Dinasti Liang (502-556 M) juga menyebutkan posisi Sekala Bekhak di selatan Andalas yang menghadap langsung ke Samudera Hindia.
![]() |
Sejarah Nusantara: Misteri Kerajaan Kendali, Sekala Bekhak, dan Asal Usul Masyarakat Adat Lampung |
Sumber ini semakin memperkuat posisi Lampung sebagai salah satu pusat peradaban maritim di Nusantara. Bukti arkeologis berupa Prasasti Hujung Langit (Hara Kuning) bertarikh 919 Saka atau 997 Masehi yang ditemukan di Bunuk Tenuwakh Liwa, memuat nama raja pertama Lampung yang tercatat dalam prasasti: Baginda Sri Hari Dewa. Prof. Dr. Louis Charles Damais dalam bukunya Epigrafi dan Sejarah Nusantara menyebutkan bahwa prasasti ini adalah jejak penting dari Sekala Bekhak kuno.
Jejak I-Tshing dan Penyebutan To-Langpohwang
Catatan perjalanan I-Tshing, seorang biksu Tiongkok abad ke-7, juga menyebutkan keberadaan masyarakat di Sekala Bekhak dengan istilah To-Langpohwang. Dalam dialek Hokkian, To-Langpohwang berarti "orang atas" atau "penduduk dataran tinggi". Hal ini sesuai dengan kondisi geografis Lampung Barat, khususnya Gunung Pesagi, puncak tertinggi di Tanah Lampung.
Asal Usul Masyarakat Lampung Menurut William Marsden
Sejarah Lampung juga tercatat dalam karya The History of Sumatra (1779) oleh William Marsden, seorang pejabat Inggris di Bengkulu. Marsden menulis bahwa ketika ditanya asal-usul mereka, masyarakat Lampung selalu menunjuk ke arah gunung tinggi dan danau luas. Gunung yang dimaksud adalah Gunung Pesagi, sedangkan danau yang dimaksud adalah Danau Ranau. Catatan ini memperkuat keyakinan bahwa Lampung memiliki akar sejarah yang sangat tua di dataran tinggi Sekala Bekhak.
Keturunan Ulun Lampung Menurut Kuntara Raja Niti
Prof. Hilman Hadikusuma dalam kajiannya menyebutkan hipotesis keturunan Ulun Lampung yang berakar pada Kuntara Raja Niti. Dari teks adat ini, tercatat nama-nama leluhur penting:
- Inder Gajah gelar Umpu Bejalan Di Way → menurunkan Abung.
- Pak Lang gelar Umpu Pernong → menurunkan Pubiyan.
- Sikin gelar Umpu Nyerupa → menurunkan Jelma Daya.
- Belunguh gelar Umpu Belunguh → menurunkan Peminggir.
- Indarwati gelar Putri Bulan → menurunkan Tulang Bawang.
Keturunan ini menjadi dasar terbentuknya kelompok-kelompok adat Lampung yang dikenal hingga saat ini, baik Adat Pepadun maupun Adat Saibatin.
Masyarakat Adat Lampung Sebatin
Masyarakat adat Lampung Sebatin diyakini merupakan keturunan dari Datu di Belalau. Mereka terbagi dalam empat kebuayan (marga) asal. Namun berbeda dengan kelompok Pepadun, masyarakat Sebatin tidak mengembangkan sistem kepemilikan Pepadun. Akibatnya, terjadi perebutan hak penguasaan Pepadun antara marga-marga yang lebih muda.
Sekala Bekhak Sebagai Muasal Keratuan
Keberadaan Sekala Bekhak dianggap sebagai muasal dari keratuan adat Lampung. Ada empat keratuan utama:
- Keratuan Datu di Puncak → mengambil tempat di puncak bukit.
- Keratuan Datu di Pugung → mengambil tempat di punggung bukit.
- Keratuan Datu di Belalau → mengambil tempat di tengkuk bukit.
- Keratuan Datu di Pemanggilan → mengambil tempat di bukit Pesagi.
Penelitian Abdullah A. Soebing (1988) juga menyinggung adanya Ratu Menangsi dari keturunan Puyung Lunik di Way Andak. Sosok ini mendirikan sistem kepemimpinan yang berbeda, tidak memakai gelar penyimbang seperti Minak, melainkan menggunakan sebutan Ratu atau Datu. Dari sinilah lahir dinamika politik dan budaya Lampung yang kompleks.
Weh Groenelt: English Translation of Kendali Kingdom History
Between the years 454 and 464 AD, historical records mention the existence of the Kendali Kingdom, located between the islands of Java and Cambodia. Professor Wang Gungwu, in his article published in the Journal of the Malayan Branch of The Royal Asiatic Society, specifically noted that during the years 441, 455, 502, 518, 520, 560, and 563, the ruler of Kendali sent envoys to China. The ruler, referred to as Sapanalanlinda, is believed not to be a personal name but rather a corrupted Chinese pronunciation of Sribaginda. This suggests that Kendali had long-established ties with China and India through maritime trade networks.
Furthermore, O.W. Wolters from Cornell University in his work Early Indonesian Commerce (1967) identified Kendali in Andalas (Sumatra) and Holotan in Java as two major Southeast Asian kingdoms engaged in commerce with China in the 5th and 6th centuries. This historical evidence solidifies Lampung’s role as one of the oldest centers of civilization and international trade in maritime Southeast Asia.
Timeline Sejarah Lampung: Dari Kendali hingga Abad ke-19
Abad ke-5 – Abad ke-6 (441–563 M)
- 441 M: Catatan awal utusan Kendali tercatat tiba di Tiongkok.
- 454–464 M: Masa yang disebut sebagai periode Kerajaan Kendali dalam sumber-sumber sejarah.
- 455 M: Utusan Kendali kembali tercatat dalam arsip Dinasti Tiongkok.
- 502–563 M: Beberapa kali utusan Kendali menghadap Kaisar Cina, menandakan hubungan diplomatik dan perdagangan aktif.
- 502–556 M: Catatan Dinasti Liang menyebut letak Sekala Bekhak di selatan Andalas yang menghadap Samudera Hindia.
Abad ke-7 (sekitar 672–695 M)
- I-Tshing, seorang biksu Tiongkok, mencatat keberadaan To-Langpohwang yang ditafsirkan sebagai sebutan untuk masyarakat Lampung di dataran tinggi Pesagi.
Abad ke-10 (997 M / 919 Saka)
- Prasasti Hujung Langit ditemukan di Bunuk Tenuwakh Liwa, Lampung Barat, menyebut nama Baginda Sri Hari Dewa sebagai penguasa Sekala Bekhak.
Abad ke-14–15
- Tradisi lisan menyebutkan penyebaran masyarakat adat Lampung ke berbagai wilayah pesisir dan pedalaman.
- Pembentukan empat keratuan adat Lampung: Datu di Puncak, Datu di Pugung, Datu di Belalau, dan Datu di Pemanggilan.
Abad ke-16–17
- Muncul pengaruh Kesultanan Banten dan Palembang di Lampung, terutama pada jalur perdagangan lada.
- Lampung menjadi pemasok utama lada untuk pasar Asia, terutama melalui pelabuhan di Teluk Semangka dan Teluk Lampung.
Abad ke-18
- 1779: William Marsden menulis The History of Sumatra yang mencatat asal-usul masyarakat Lampung dari Gunung Pesagi dan Danau Ranau.
- Hubungan dagang Lampung semakin meluas dengan Inggris melalui Bengkulu dan Belanda melalui Batavia.
Abad ke-19
- Belanda mulai memperkuat kendali administratif di Lampung, terutama setelah perjanjian dengan Kesultanan Banten.
- Sistem adat Lampung tetap bertahan meskipun masuk pengaruh kolonial, dengan pembagian masyarakat ke dalam dua adat utama: Adat Saibatin dan Adat Pepadun.
Timeline ini memperlihatkan bahwa sejarah Lampung bukan hanya sekadar lokalitas, tetapi terkait erat dengan dinamika internasional, mulai dari hubungan dengan Tiongkok kuno, perdagangan lada global, hingga kolonialisme Eropa. Semua ini membentuk identitas Lampung modern sebagai daerah dengan akar sejarah panjang dan peran penting di Nusantara.
Kesimpulan
Dari serangkaian catatan sejarah, prasasti, dan penelitian para ahli, dapat disimpulkan bahwa Lampung bukanlah wilayah pinggiran, melainkan salah satu pusat peradaban penting di Nusantara sejak awal masehi. Kerajaan Kendali, Sekala Bekhak, dan empat keratuan adat Lampung membuktikan bahwa masyarakat Lampung memiliki akar sejarah yang panjang, berhubungan langsung dengan India, Tiongkok, dan kerajaan-kerajaan besar di Asia Tenggara.
Dengan demikian, kisah Lampung bukan hanya bagian dari sejarah lokal, tetapi juga bagian dari sejarah global maritim Asia. Peninggalan budaya, sistem adat, dan catatan perjalanan dunia menjadi saksi bahwa Lampung telah memainkan peranan penting sejak ribuan tahun lalu.
Post a Comment for "Sejarah Nusantara: Misteri Kerajaan Kendali, Sekala Bekhak, dan Asal Usul Masyarakat Adat Lampung"