Modal Asing Kabur Rp17 Triliun Pasca Demo Anarkis, Dampak ke Ekonomi Nasional Mengkhawatirkan
NAVIGASI.in – Indonesia kembali menghadapi tantangan serius di sektor ekonomi setelah terjadinya unjuk rasa besar-besaran pada akhir Agustus 2025 yang berujung kericuhan di beberapa kota besar. Data terbaru Bank Indonesia (BI) mencatat, total aliran modal asing keluar (capital outflow) dari pasar keuangan domestik dalam pekan pertama September melonjak hingga Rp16,85 triliun, atau hampir Rp17 triliun jika dibulatkan. Angka ini menandai lonjakan terbesar sejak awal tahun, sekaligus memicu kekhawatiran pelaku pasar terhadap stabilitas ekonomi nasional.
![]() |
Modal Asing Kabur Rp17 Triliun Pasca Demo Anarkis, Dampak ke Ekonomi Nasional Mengkhawatirkan |
Lonjakan capital outflow ini terjadi hanya beberapa hari setelah aksi demonstrasi yang digelar oleh sejumlah kelompok masyarakat terkait kebijakan pemerintah, yang kemudian berujung pada bentrokan antara massa dan aparat keamanan. Kericuhan tersebut menyebabkan kerugian material, kerusakan fasilitas publik, serta menciptakan ketidakpastian politik yang menjadi perhatian investor asing.
Apa Itu Capital Outflow dan Mengapa Berbahaya?
Capital outflow adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan arus keluar dana dari suatu negara, baik dalam bentuk penjualan saham, obligasi, maupun instrumen keuangan lainnya. Dalam konteks Indonesia, capital outflow biasanya mencerminkan aksi jual yang dilakukan oleh investor asing, yang kemudian memindahkan dananya ke negara lain yang dianggap lebih aman atau lebih menguntungkan.
Fenomena ini menjadi perhatian serius karena dapat memicu pelemahan nilai tukar rupiah, kenaikan yield obligasi pemerintah, dan penurunan indeks harga saham gabungan (IHSG). Dalam jangka panjang, capital outflow yang terus berulang bisa mengurangi kepercayaan investor terhadap pasar keuangan domestik, yang pada akhirnya memperlambat aliran investasi baru dan pertumbuhan ekonomi.
Data Terbaru dari Bank Indonesia
Menurut laporan mingguan BI, dana asing keluar dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencapai Rp11,3 triliun dalam pekan pertama September 2025. Sementara itu, dari pasar saham, tercatat outflow sebesar Rp4,2 triliun. Sisanya keluar dari instrumen lain seperti obligasi korporasi dan pasar uang.
Deputi Gubernur BI, dalam keterangan persnya, menyebutkan bahwa lonjakan outflow ini dipicu oleh dua faktor utama: pertama, sentimen negatif dari kericuhan unjuk rasa yang menimbulkan ketidakpastian politik, dan kedua, penguatan dolar AS akibat ekspektasi penundaan pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve.
“Investor cenderung mengurangi eksposur terhadap aset berisiko, termasuk di pasar negara berkembang seperti Indonesia. Kami melihat tekanan terbesar terjadi pada SBN tenor panjang, yang membuat yield naik cukup signifikan,” ujar pejabat BI tersebut.
Dampak Langsung ke Pasar Keuangan
Pasar keuangan merespons cepat kondisi ini. IHSG turun 1,8% dalam tiga hari perdagangan, sementara rupiah melemah hingga menembus level Rp15.850 per dolar AS pada 3 September 2025. Yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun naik dari 6,55% menjadi 6,78%, yang menunjukkan investor meminta imbal hasil lebih tinggi untuk menahan risiko.
Pelaku pasar domestik juga ikut panik. Sejumlah investor ritel menarik dana dari reksa dana pendapatan tetap dan saham, menciptakan efek berantai yang memperburuk koreksi pasar. Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat nilai transaksi harian naik signifikan, tetapi sebagian besar diwarnai aksi jual bersih.
Dampak terhadap Sektor Riil
Efek dari keluarnya dana asing tidak hanya dirasakan di pasar keuangan. Dunia usaha juga mulai mengeluhkan biaya pinjaman yang lebih tinggi akibat kenaikan yield obligasi dan suku bunga pasar uang. Sektor properti, otomotif, dan manufaktur yang bergantung pada pembiayaan eksternal diprediksi akan mengalami perlambatan penjualan dalam beberapa bulan ke depan.
Ekonom dari salah satu universitas ternama di Jakarta menilai bahwa jika capital outflow terus berlanjut, maka pertumbuhan ekonomi kuartal III-2025 bisa tertekan hingga di bawah 5%. “Investasi asing langsung (FDI) biasanya sensitif terhadap ketidakstabilan politik. Investor jangka panjang bisa menunda ekspansi sampai situasi kembali kondusif,” ujarnya.
Respons Pemerintah dan Otoritas
Pemerintah melalui Kementerian Keuangan dan BI berjanji akan menjaga stabilitas makroekonomi dan nilai tukar rupiah. Sejumlah langkah intervensi di pasar valuta asing telah dilakukan untuk meredam volatilitas. Selain itu, pemerintah berkomitmen menjaga ketertiban dan memastikan insiden demonstrasi tidak mengganggu iklim investasi.
“Kami terus berkoordinasi dengan aparat keamanan dan pemerintah daerah agar tidak ada lagi kerusuhan yang mengganggu aktivitas ekonomi. Kepastian hukum dan ketertiban adalah kunci untuk mengembalikan kepercayaan investor,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian.
Proyeksi ke Depan
Para analis memperkirakan tekanan capital outflow bisa mereda jika ketegangan sosial mereda dan kebijakan moneter global memberikan sinyal lebih jelas. Namun, risiko volatilitas tetap tinggi mengingat ketidakpastian global, termasuk harga komoditas dan kebijakan suku bunga The Fed.
Investor lokal diharapkan mengambil kesempatan untuk membeli aset di harga diskon. Namun, strategi ini memerlukan kehati-hatian karena pasar masih berpotensi berfluktuasi tajam dalam jangka pendek.
Kesimpulan
Lonjakan modal asing keluar hampir Rp17 triliun pasca demo anarkis menjadi sinyal peringatan bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan. Stabilitas sosial dan politik harus segera dipulihkan untuk mencegah dampak ekonomi yang lebih luas. Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang cukup baik, namun sentimen pasar sangat sensitif terhadap isu-isu ketidakpastian.
Penting bagi masyarakat untuk memahami bahwa kericuhan tidak hanya berdampak pada keamanan, tetapi juga pada kesejahteraan ekonomi. Setiap aksi anarkis yang merusak fasilitas publik atau mengganggu stabilitas akan berdampak langsung pada lapangan kerja, harga barang, dan daya beli.
Dengan langkah kebijakan yang tepat, koordinasi lintas sektor, dan komitmen semua pihak untuk menjaga kondusivitas, diharapkan arus modal asing bisa kembali masuk dan membantu mendorong pemulihan ekonomi nasional pada sisa tahun 2025.
Laporan: Tim Redaksi Navigasi.in | Editor: Balaraja Group
Post a Comment for "Modal Asing Kabur Rp17 Triliun Pasca Demo Anarkis, Dampak ke Ekonomi Nasional Mengkhawatirkan"