Youtube

Hyperliquid Hadapi Kontroversi Besar Terkait Kontrak Stablecoin USDH

Navigasi.in — Dunia keuangan terdesentralisasi (DeFi) tengah diguncang perdebatan panas setelah Hyperliquid, platform derivatif terkemuka yang menguasai hampir 80% pangsa pasar, berusaha meluncurkan stablecoin baru bernama USDH. Proyek ini diperkirakan dapat mengalirkan miliaran dolar likuiditas sekaligus menghasilkan pendapatan besar. Namun, alih-alih berjalan mulus, rencana tersebut memicu konflik kepentingan, perebutan kendali, dan tudingan ancaman terhadap kedaulatan ekonomi ekosistem DeFi.


Hyperliquid Hadapi Kontroversi Besar Terkait Kontrak Stablecoin USDH
Hyperliquid Hadapi Kontroversi Besar Terkait Kontrak Stablecoin USDH


Asal Mula Kontroversi USDH

Hyperliquid sejak lama dikenal sebagai pemain dominan di pasar derivatif DeFi, menggeser banyak pesaing dengan volume perdagangan tinggi dan sistem infrastruktur yang efisien. Namun, untuk memperluas pengaruhnya, mereka berencana memperkenalkan stablecoin USDH. Stablecoin ini diharapkan menjadi pusat likuiditas di dalam ekosistem Hyperliquid, sekaligus menjadi jembatan untuk arus modal institusional dan ritel.

Masalah muncul ketika pemilihan issuer (penerbit) USDH justru memecah komunitas. Hyperliquid sendiri memutuskan untuk abstain, menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada para validator melalui mekanisme voting. Keputusan ini dianggap adil oleh sebagian pihak, namun juga dinilai sebagai bentuk pelepasan tanggung jawab dalam isu fundamental.

Siapa yang Berebut Kendali?

Voting validator dijadwalkan berlangsung pada 14 September, dengan beberapa proposal yang sudah diajukan sebelum tenggat 10 September. Para kandidat penerbit USDH membawa visi dan janji yang berbeda-beda:

  • Paxos — Menawarkan model konservatif dengan janji menyalurkan 95% cadangan stablecoin untuk membeli kembali token HYPE. Strategi ini diharapkan mendukung harga token asli ekosistem Hyperliquid sekaligus memberikan nilai jangka panjang.
  • Frax — Menjanjikan bahwa seluruh hasil imbalan (yield) dari cadangan stablecoin akan dibagikan langsung kepada pengguna. Model ini berpotensi sangat menarik bagi komunitas karena menjanjikan distribusi keuntungan yang maksimal.
  • Agora-MoonPay Coalition — Mengusung model netral dengan pendapatan dialokasikan ke dana komunitas dan program buyback. Mereka berupaya tampil sebagai “jalan tengah” yang berorientasi pada transparansi.
  • Stripe (Bridge Platform) — Menjadi kandidat paling kontroversial. Dengan infrastruktur blockchain Tempo dan sistem dompet yang terintegrasi, Stripe diyakini mampu menghadirkan skala global. Namun, keterlibatan korporasi besar ini dianggap sebagai ancaman terhadap independensi Hyperliquid.

Selain empat kandidat tersebut, Ethena juga dikabarkan siap ikut meramaikan kompetisi, menambah panas atmosfer persaingan menjelang batas waktu proposal.

Kritik terhadap Peran Stripe

Keterlibatan Stripe melalui platform Bridge menuai kritik paling keras. Nick van Eck dari Agora menyebut langkah ini sebagai ancaman terhadap “kedaulatan ekonomi” komunitas Hyperliquid. Menurutnya, jika stablecoin dikendalikan oleh perusahaan raksasa seperti Stripe, maka DeFi kehilangan jati dirinya sebagai sistem keuangan yang independen dari lembaga tradisional.

Di sisi lain, Keith Grossman dari MoonPay menegaskan bahwa kolaborasi mereka memiliki keunggulan berupa izin dan lisensi global yang lebih luas dibanding kompetitor. Menurutnya, jika Hyperliquid ingin menjangkau pasar global secara sah dan terintegrasi, dukungan pihak seperti MoonPay bisa menjadi keunggulan.

Janji dan Strategi Kandidat

Masing-masing pihak mencoba menarik dukungan validator dengan janji strategis. Paxos fokus pada stabilitas harga HYPE, Frax lebih menekankan pada keuntungan langsung untuk pengguna, sementara Agora-MoonPay menekankan netralitas dan tata kelola komunitas. Stripe, meski dikritik, menawarkan infrastruktur siap pakai dengan jangkauan global. Pertarungan visi ini mencerminkan perbedaan fundamental dalam memandang masa depan stablecoin di ekosistem DeFi.

Implikasi Ekonomi USDH

Pentingnya stablecoin USDH tidak bisa diremehkan. Sebagai mata uang stabil dalam ekosistem Hyperliquid, USDH berpotensi menjadi pusat likuiditas senilai miliaran dolar. Dengan menguasai kontrak stablecoin ini, penerbit akan memiliki kontrol signifikan atas arus dana, biaya transaksi, dan sumber pendapatan ekosistem.

Selain itu, stablecoin yang berhasil diadopsi luas dapat memperkuat legitimasi Hyperliquid sebagai pemimpin pasar DeFi. Sebaliknya, jika kontroversi ini berakhir dengan keputusan yang dipandang tidak adil, kepercayaan komunitas bisa runtuh dan membuka peluang bagi pesaing.

Risiko Sentralisasi vs Desentralisasi

Kontroversi USDH sesungguhnya mencerminkan perdebatan klasik dalam dunia blockchain: sentralisasi melawan desentralisasi. Stripe sebagai raksasa teknologi jelas membawa kredibilitas, jaringan global, dan infrastruktur yang matang. Namun, dominasi korporasi juga berpotensi mengikis nilai fundamental DeFi: kemandirian, keterbukaan, dan partisipasi komunitas.

Sebaliknya, kandidat seperti Frax atau Agora mencoba mempertahankan semangat asli DeFi dengan menjanjikan alokasi keuntungan untuk pengguna atau komunitas. Persaingan ini pada akhirnya akan menguji apakah Hyperliquid tetap setia pada prinsip desentralisasi atau justru bergerak menuju integrasi dengan perusahaan Web2 besar.

Posisi Hyperliquid: Netral tapi Strategis

Keputusan Hyperliquid untuk abstain dari pemilihan dianggap langkah bijak sekaligus berisiko. Dengan menyerahkan keputusan ke validator, Hyperliquid menunjukkan komitmen terhadap tata kelola komunitas. Namun, di sisi lain, langkah ini membuat perusahaan rentan terhadap tekanan politik dan lobi dari pihak-pihak berkepentingan.

Hyperliquid tampaknya ingin menjaga posisi netral agar tidak dituding berpihak. Namun, karena mereka menguasai hampir 80% pasar derivatif DeFi, apapun hasil voting akan sangat menentukan masa depan perusahaan dan ekosistem yang mereka bangun.

Tantangan ke Depan

Beberapa tantangan besar yang harus dihadapi Hyperliquid dan komunitas terkait stablecoin USDH antara lain:

  • Regulasi Global: Otoritas keuangan semakin ketat mengawasi stablecoin. Kandidat dengan dukungan lisensi mungkin lebih aman secara hukum, tetapi bisa mengorbankan kemandirian.
  • Kepercayaan Komunitas: Jika keputusan dianggap hanya menguntungkan pihak tertentu, kepercayaan validator dan pengguna bisa runtuh.
  • Risiko Pasar: Persaingan stablecoin lain seperti USDC, USDT, atau DAI tetap menjadi ancaman besar.
  • Keseimbangan Ekonomi: Model distribusi keuntungan yang berbeda bisa memicu konflik jangka panjang jika tidak dikelola dengan transparan.

Kesimpulan

Kontroversi stablecoin USDH memperlihatkan bagaimana DeFi semakin matang sekaligus semakin kompleks. Pertarungan antara Paxos, Frax, Agora-MoonPay, dan Stripe bukan sekadar soal kontrak teknis, tetapi tentang arah masa depan ekosistem Hyperliquid. Apakah mereka akan tetap memegang teguh prinsip desentralisasi, atau memilih jalan pragmatis dengan dukungan korporasi besar?

Dengan voting validator pada 14 September sebagai penentu, seluruh mata komunitas kripto kini tertuju pada Hyperliquid. Keputusan yang diambil akan menjadi preseden penting bagi tata kelola DeFi dan dapat menentukan arah miliaran dolar likuiditas dalam beberapa tahun mendatang.

Artikel ini ditulis khusus untuk Navigasi.in sebagai liputan mendalam mengenai dinamika stablecoin dan tata kelola DeFi global.

Post a Comment for "Hyperliquid Hadapi Kontroversi Besar Terkait Kontrak Stablecoin USDH"