Youtube

Gubernur Lampung Tegaskan Komitmen Hilirisasi Kopi: Ekspor 7 Ton Kopi Bubuk ke Hong Kong Jadi Tonggak Baru

Lampung – Provinsi Lampung kembali mencatat sejarah penting dalam upaya memperkuat hilirisasi komoditas unggulan daerah. Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal menegaskan komitmennya agar Lampung tidak hanya dikenal sebagai penghasil biji kopi mentah, tetapi juga sebagai pusat produksi kopi olahan bernilai tambah yang mampu bersaing di pasar internasional. Komitmen ini ditandai dengan keberhasilan ekspor sedikitnya 7 ton kopi bubuk robusta senilai hampir USD 49.000 atau sekitar Rp753 juta ke Hong Kong. Pelepasan ekspor ini dilakukan di EL’s Coffee Roastery pada Rabu (17/9/2025).

Gubernur Lampung Tegaskan Komitmen Hilirisasi Kopi: Ekspor 7 Ton Kopi Bubuk ke Hong Kong Jadi Tonggak Baru
Gubernur Lampung Tegaskan Komitmen Hilirisasi Kopi: Ekspor 7 Ton Kopi Bubuk ke Hong Kong Jadi Tonggak Baru


Pelepasan ekspor yang berlangsung meriah itu dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk perwakilan pemerintah daerah, pelaku UMKM, komunitas petani kopi, dan pihak swasta. Gubernur Lampung yang diwakili oleh Sekretaris Daerah Provinsi Lampung, Marindo Kurniawan, menyampaikan bahwa momen ini bukan sekadar seremoni, tetapi simbol nyata dari transformasi ekonomi berbasis hilirisasi yang sedang digencarkan pemerintah provinsi.

"Kita tahu Lampung adalah produsen kopi robusta terbesar di Indonesia, menyumbang lebih dari 30 persen produksi nasional. Jadi jika Indonesia dikenal dunia sebagai negeri kopi, sesungguhnya Lampung berdiri di panggung terdepan," ujar Marindo dalam sambutannya.

Ia menekankan bahwa ekspor kopi bubuk ini bukan hanya soal perdagangan internasional, tetapi juga soal bagaimana menciptakan nilai tambah di dalam negeri. “Produk yang diekspor bukan lagi berupa biji mentah, melainkan hasil olahan bernilai tambah yang mampu membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan petani, dan memperluas peluang UMKM lokal,” tambahnya.

Transformasi Ekonomi Berbasis Hilirisasi

Hilirisasi menjadi kata kunci yang terus digaungkan oleh pemerintah pusat dan daerah dalam beberapa tahun terakhir. Dalam konteks kopi, hilirisasi berarti mengubah biji kopi mentah (green bean) menjadi produk siap konsumsi seperti kopi bubuk, kopi saset, kopi kapsul, bahkan produk turunan seperti kopi instan, permen kopi, dan kosmetik berbahan kopi. Transformasi ini tidak hanya menambah nilai jual produk, tetapi juga memperluas ekosistem industri dari hulu ke hilir.

Menurut data Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, terdapat lebih dari 200.000 hektare kebun kopi di wilayah ini, dengan mayoritas jenis robusta. Produksi tahunannya mencapai ratusan ribu ton, yang sebagian besar selama ini dijual dalam bentuk biji mentah ke pasar domestik maupun ekspor. Pola ini membuat keuntungan terbesar justru dinikmati oleh pihak luar negeri yang mengolah dan menjual kembali kopi tersebut dengan harga jauh lebih tinggi.

“Dengan hilirisasi, rantai nilai ekonomi akan lebih banyak dinikmati masyarakat lokal. Petani tidak lagi hanya menjual biji, tetapi bisa ikut terlibat dalam proses roasting, pengemasan, dan pemasaran. UMKM bisa berkembang dengan memproduksi berbagai inovasi berbasis kopi. Inilah esensi dari transformasi ekonomi daerah,” jelas Marindo.

Data Produksi Kopi Lampung per Kabupaten

Untuk memahami besarnya potensi kopi Lampung, berikut adalah estimasi produksi kopi robusta per kabupaten/kota berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Lampung (2024):

Kabupaten/Kota Luas Areal (Ha) Produksi (Ton/Tahun) Persentase Kontribusi
Lampung Barat 63.500 96.000 37,5%
Tanggamus 42.000 63.500 24,8%
Way Kanan 28.000 35.000 13,6%
Pesawaran 15.500 18.000 7,0%
Pesisir Barat 12.800 14.500 5,6%
Kabupaten/Kota Lain 10.200 15.000 11,5%

Dari data tersebut terlihat bahwa Lampung Barat menjadi tulang punggung produksi kopi robusta Lampung, diikuti oleh Tanggamus dan Way Kanan. Distribusi produksi yang merata di beberapa wilayah ini menjadi modal penting dalam pengembangan hilirisasi karena menciptakan rantai pasok yang stabil.

Kopi Lampung: Primadona Nasional dan Harapan Global

Lampung memang dikenal sebagai lumbung kopi nasional. Aroma dan cita rasa kopi robusta Lampung memiliki karakter khas: aroma kuat, body tebal, dan tingkat keasaman rendah yang disukai pasar internasional, khususnya Asia Timur dan Eropa. Keunggulan inilah yang membuat Lampung selalu menjadi pemasok utama kebutuhan kopi di Indonesia.

Pemerintah Provinsi Lampung bertekad menjadikan kopi sebagai komoditas strategis yang tidak hanya berperan sebagai sumber pendapatan daerah, tetapi juga identitas budaya. Sejumlah festival kopi rutin digelar, seperti Lampung Coffee Festival yang mengundang barista, pengusaha kopi, dan pegiat kopi dari berbagai negara. Tujuannya jelas: memposisikan Lampung sebagai pusat inovasi kopi di Asia Tenggara.

Selain itu, upaya memperluas pasar ekspor terus dilakukan. Hong Kong menjadi salah satu target strategis karena merupakan pusat perdagangan internasional yang dapat membuka jalan ke pasar Asia Timur lainnya seperti China, Jepang, dan Korea Selatan. Dengan menembus pasar Hong Kong, kopi Lampung memiliki peluang lebih besar untuk go global.

Dampak Ekonomi Bagi Petani dan UMKM

Hilirisasi kopi membawa dampak ekonomi yang sangat positif. Pertama, pendapatan petani berpotensi meningkat karena harga jual kopi olahan jauh lebih tinggi dibandingkan biji mentah. Kedua, terbuka peluang kerja baru di sektor pengolahan, distribusi, hingga pemasaran produk kopi. Ketiga, UMKM dapat berkembang dengan mengolah kopi menjadi produk bernilai tambah seperti kopi premium, minuman siap seduh, hingga produk turunan lainnya.

Contoh nyata dapat dilihat dari sejumlah kelompok tani di Kabupaten Lampung Barat dan Tanggamus yang kini memiliki unit pengolahan kopi sendiri. Mereka tidak lagi hanya menjual hasil panen ke tengkulak, tetapi mengolahnya hingga menjadi produk siap jual. Bahkan beberapa sudah berhasil menembus pasar ekspor secara mandiri melalui platform daring.

Keberhasilan ekspor 7 ton kopi bubuk ke Hong Kong menjadi inspirasi bagi petani lainnya untuk mengikuti jejak serupa. Pemerintah daerah berjanji akan memberikan pendampingan, pelatihan, dan fasilitas permodalan agar semakin banyak petani dan UMKM yang bisa naik kelas.

Peran Swasta dan Kolaborasi Multi-Pihak

Pelepasan ekspor di EL’s Coffee Roastery menjadi bukti pentingnya peran swasta dalam mendukung program hilirisasi. Perusahaan-perusahaan pengolahan kopi memiliki teknologi, jaringan, dan modal yang dapat membantu petani menghasilkan produk berkualitas ekspor. Kolaborasi antara pemerintah, swasta, petani, dan lembaga keuangan menjadi kunci keberlanjutan program ini.

Pemerintah Provinsi Lampung juga mendorong hadirnya lebih banyak investor di sektor pengolahan kopi, termasuk pembangunan pabrik roasting, pusat distribusi, dan fasilitas riset kopi. Dengan demikian, Lampung bukan hanya menjadi produsen bahan baku, tetapi juga pusat inovasi dan pengembangan produk kopi unggulan.

Harapan ke Depan: Kopi Lampung Mendunia

Dalam sambutannya, Marindo menegaskan harapannya agar ekspor kopi bubuk ke Hong Kong menjadi langkah awal dari gelombang ekspor berikutnya. “Saya berharap ekspor ini bukan yang terakhir, tetapi menjadi titik awal gelombang baru. Dengan kerja sama dari hulu ke hilir, Kopi Lampung harus dikenal bukan hanya sebagai green bean exporter, melainkan juga sebagai pusat inovasi kopi di Asia Tenggara,” ujarnya.

Untuk mewujudkan visi ini, pemerintah daerah merancang sejumlah program strategis seperti:

  • Pelatihan barista dan pengolahan kopi bagi petani muda.
  • Fasilitasi sertifikasi mutu dan keamanan pangan untuk produk kopi olahan.
  • Promosi kopi Lampung melalui pameran internasional.
  • Pembangunan pusat riset kopi untuk pengembangan varietas unggul.
  • Penyediaan kredit usaha rakyat khusus untuk UMKM kopi.

Dengan dukungan penuh dari pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, cita-cita menjadikan Lampung sebagai pusat kopi dunia bukanlah hal mustahil. Bahkan, jika dikelola dengan serius, kopi Lampung bisa menjadi komoditas unggulan yang menyumbang devisa signifikan bagi Indonesia.

Penutup

Ekspor 7 ton kopi bubuk robusta ke Hong Kong bukan sekadar berita gembira, tetapi juga sinyal penting bahwa Lampung sedang memasuki era baru dalam industri kopi. Hilirisasi menjadi jalan strategis untuk meningkatkan daya saing, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Lampung kini tidak lagi sekadar lumbung kopi nasional, tetapi sedang menapaki jalan menjadi pusat kopi dunia.

Keberhasilan ini harus dijaga dengan memastikan keberlanjutan produksi, kualitas produk, dan inovasi yang berkesinambungan. Dengan demikian, setiap cangkir kopi Lampung yang dinikmati di berbagai belahan dunia akan menjadi simbol kemajuan ekonomi daerah dan kebanggaan seluruh rakyat Indonesia.

Post a Comment for "Gubernur Lampung Tegaskan Komitmen Hilirisasi Kopi: Ekspor 7 Ton Kopi Bubuk ke Hong Kong Jadi Tonggak Baru"