Youtube

Fenomena Seblak Sunda Viral di Thailand, Kamboja, dan Vietnam: Dari TikTok ke Meja Makan

Navigasi.in – Dunia kuliner Nusantara kembali mencuri perhatian mancanegara. Setelah sebelumnya fenomena "tabola bale" sempat membuat heboh warganet di negara tetangga, kini giliran seblak – makanan khas Sunda berbahan dasar kerupuk basah dan bumbu pedas gurih – yang viral di media sosial seperti TikTok dan Instagram, terutama di Thailand, Kamboja, dan Vietnam.

Fenomena Seblak Sunda Viral di Thailand, Kamboja, dan Vietnam: Dari TikTok ke Meja Makan
Fenomena Seblak Sunda Viral di Thailand, Kamboja, dan Vietnam: Dari TikTok ke Meja Makan


Video-video yang menampilkan orang mencicipi seblak instan, membuat versi rumahan, atau sekadar unboxing produk seblak dari Indonesia kini membanjiri linimasa media sosial. Tagar #SeblakChallenge, #SeblakSunda, dan #SeblakThailand bahkan sempat menduduki trending di beberapa negara Asia Tenggara. Fenomena ini bukan hanya membuat seblak semakin dikenal, tetapi juga memicu diskusi tentang kuliner Indonesia yang mulai menembus pasar internasional.

Apa Itu Seblak?

Seblak adalah makanan khas Bandung, Jawa Barat, yang terbuat dari kerupuk yang direbus hingga lembek, kemudian dimasak dengan bumbu kencur, cabai, bawang, dan rempah lainnya. Seblak bisa ditambahkan berbagai topping seperti telur, sosis, sayuran, makaroni, ceker ayam, hingga bakso. Rasanya yang pedas dan gurih membuatnya cocok dinikmati sebagai makanan penghangat, terutama di cuaca dingin atau saat hujan.

Seiring waktu, seblak tidak lagi hanya dijual di warung-warung kaki lima, tetapi juga hadir dalam bentuk instan dalam kemasan. Produk seblak instan inilah yang kini ramai diperbincangkan di media sosial dan menjadi "pintu masuk" bagi warga negara lain untuk mengenal kuliner ini.

FYP dan Algoritma Media Sosial



Fenomena seblak viral tidak lepas dari peran algoritma media sosial, khususnya TikTok. Banyak pengguna yang membuat konten tentang seblak, mulai dari tutorial cara membuat seblak instan, reaksi setelah mencicipi untuk pertama kalinya, hingga review jujur mengenai tingkat kepedasannya. Konten-konten tersebut kemudian direkomendasikan oleh algoritma ke pengguna lain, sehingga menciptakan efek bola salju dan menjadi FYP (For You Page) bagi jutaan orang.

Di Thailand, beberapa kreator makanan dengan jutaan pengikut bahkan mengangkat seblak sebagai topik utama selama beberapa hari. Hal ini mendorong banyak orang membeli produk seblak melalui e-commerce internasional atau toko bahan makanan impor. Di Kamboja dan Vietnam, fenomena ini bahkan memunculkan tren "DIY Seblak" di mana warga lokal mencoba membuat seblak dari kerupuk biasa, menambahkan bumbu lokal, dan menciptakan variasi rasa khas negara mereka.

Dari Indonesia ke Dapur Asia Tenggara

Salah satu daya tarik seblak adalah fleksibilitasnya. Hidangan ini bisa diadaptasi sesuai selera masing-masing negara. Di Thailand misalnya, beberapa kreator menambahkan saus tom yum untuk menghadirkan cita rasa khas Thailand. Di Vietnam, ada yang mencampurkannya dengan irisan daging sapi pho dan daun ketumbar. Di Kamboja, seblak disajikan dengan topping seafood seperti udang dan cumi, sesuai selera lokal yang gemar hidangan laut.

Video-video adaptasi ini semakin menarik minat warganet, yang kemudian ikut mencoba membuat versi mereka sendiri. Fenomena ini menciptakan interaksi budaya lintas negara yang unik: makanan khas Sunda menjadi bagian dari kreativitas kuliner Asia Tenggara.

Respons Produsen Seblak Instan

Produsen seblak instan di Indonesia melihat fenomena ini sebagai peluang emas. Beberapa brand mulai meningkatkan kapasitas produksi dan menyiapkan varian rasa baru yang disesuaikan dengan pasar luar negeri. Mereka juga memperluas distribusi melalui platform e-commerce internasional seperti Shopee, Lazada, dan Tokopedia Global.

“Kami tidak menyangka seblak bisa viral di luar negeri. Permintaan dari Thailand dan Vietnam meningkat lebih dari 200% dalam dua bulan terakhir,” ujar salah satu manajer pemasaran dari perusahaan produsen seblak instan. “Kami sedang menjajaki kerja sama dengan distributor di Bangkok dan Ho Chi Minh City untuk mempermudah konsumen mendapatkan produk kami.”

Fenomena Kuliner Sebagai Soft Power

Fenomena seblak ini menjadi contoh nyata bagaimana kuliner bisa menjadi bagian dari soft power Indonesia. Sama seperti Korea Selatan mempopulerkan kimchi dan ramyeon, Indonesia kini punya peluang untuk menjadikan seblak dan makanan Nusantara lainnya sebagai ikon budaya yang mendunia. Jika tren ini berlanjut, bukan tidak mungkin seblak akan masuk ke daftar menu restoran internasional atau bahkan menjadi makanan jalanan populer di kota-kota Asia Tenggara.

Dampak Ekonomi

Meningkatnya popularitas seblak juga berdampak pada ekonomi. UMKM produsen seblak instan mendapatkan pasar baru, pedagang ekspor bahan makanan ikut diuntungkan, dan platform e-commerce mencatat lonjakan penjualan. Bahkan beberapa travel vlogger mulai mempromosikan wisata kuliner ke Bandung untuk mencicipi seblak langsung dari tempat asalnya.

Tren ini juga mendorong inovasi di kalangan pelaku usaha kuliner lokal. Mereka berlomba membuat seblak dengan kemasan premium, varian rasa unik, dan pemasaran kreatif untuk menarik perhatian pasar global. Seblak kini tidak lagi sekadar makanan pedas khas kampung halaman, melainkan produk ekspor yang berpotensi mendatangkan devisa.

Komentar Warganet

Di kolom komentar video-video viral, banyak warganet dari Thailand, Kamboja, dan Vietnam yang terkejut sekaligus penasaran. Ada yang mengatakan, “Saya tidak pernah mencoba makanan seperti ini sebelumnya. Rasanya pedas tapi enak!” Ada pula yang menantang teman-temannya untuk ikut mencicipi dan mengunggah reaksi mereka di media sosial.

Bagi warganet Indonesia, fenomena ini menjadi kebanggaan tersendiri. Banyak yang merasa senang melihat makanan daerah mereka diapresiasi di luar negeri. “Bangga jadi orang Sunda, seblak mendunia!” tulis salah satu komentar yang mendapat ribuan likes.

Prediksi Ke Depan

Pakar kuliner memperkirakan tren seblak ini belum akan mereda dalam waktu dekat. Selama konten kreator terus memproduksi video kreatif, dan selama ada rasa penasaran dari penonton, seblak akan terus mendapat eksposur. Bahkan, tren ini bisa menjadi gerbang bagi kuliner Nusantara lain seperti cilok, batagor, dan cireng untuk ikut dikenal di luar negeri.

“Viralnya seblak adalah contoh bagaimana budaya digital bisa mendorong diplomasi kuliner. Ini peluang besar bagi pemerintah dan pelaku industri makanan untuk mempromosikan produk lokal,” kata seorang pengamat media sosial. Ia menyarankan agar kementerian terkait turut mendukung promosi kuliner Nusantara melalui pameran internasional dan kampanye media sosial.

Kesimpulan

Fenomena seblak viral di Thailand, Kamboja, dan Vietnam adalah bukti kekuatan media sosial dalam memperkenalkan budaya dan kuliner lintas batas. Dari makanan kaki lima di Bandung, seblak kini menjadi bahan percakapan di kafe-kafe Bangkok, dapur rumah di Phnom Penh, hingga restoran kecil di Ho Chi Minh City. Bukan hanya tren sesaat, fenomena ini bisa menjadi titik awal bagi ekspansi kuliner Nusantara ke panggung global.

Seblak bukan lagi sekadar makanan pedas untuk anak muda Indonesia, melainkan simbol dari semangat kreatif, adaptif, dan kolaboratif Asia Tenggara. Dan siapa tahu, beberapa tahun ke depan, kita akan melihat seblak masuk daftar menu restoran internasional seperti halnya ramen Jepang dan kimchi Korea.

Post a Comment for "Fenomena Seblak Sunda Viral di Thailand, Kamboja, dan Vietnam: Dari TikTok ke Meja Makan"