Fed Potong Suku Bunga 25 bps, Powell Tegaskan Tidak Terburu-buru Lanjutkan Pemotongan
Washington, D.C. – Federal Reserve Amerika Serikat (The Fed) akhirnya memangkas suku bunga acuan untuk pertama kalinya di tahun 2025, menurunkan federal funds rate sebesar 25 basis poin menjadi kisaran baru 4,00%–4,25%. Keputusan ini sesuai dengan ekspektasi sebagian besar pelaku pasar, tetapi pernyataan Ketua Fed Jerome Powell yang menegaskan bahwa bank sentral “tidak terburu-buru” melakukan pemotongan tambahan membuat reaksi pasar menjadi campuran antara optimisme dan kehati-hatian.
![]() |
Fed Potong Suku Bunga 25 bps, Powell Tegaskan Tidak Terburu-buru Lanjutkan Pemotongan |
Detail Keputusan Fed
Dalam pernyataan resminya, FOMC (Federal Open Market Committee) menyatakan bahwa keputusan pemangkasan suku bunga diambil untuk memberikan dorongan moderat bagi perekonomian yang mulai menunjukkan tanda-tanda perlambatan. Namun, FOMC juga menegaskan akan terus memantau data ekonomi dan inflasi sebelum memutuskan langkah selanjutnya.
“Kami mengambil langkah ini untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi sekaligus mengendalikan risiko perlambatan yang terlalu tajam. Namun, kami tidak melihat urgensi untuk melakukan serangkaian pemotongan agresif kecuali data menunjukkan pelemahan yang lebih signifikan,” ujar Powell dalam konferensi pers pasca-pengumuman.
Dua Risiko Besar yang Dihadapi
Powell menyoroti dua risiko utama yang memengaruhi kebijakan saat ini:
- Pelemahan Pasar Tenaga Kerja: Tingkat pengangguran nasional kini berada di 4,3%, level tertinggi sejak 2021. Data payroll menunjukkan penambahan pekerjaan melambat, dan partisipasi angkatan kerja sedikit menurun.
- Inflasi yang Masih di Atas Target: Inflasi tahunan berada di 2,9%, lebih tinggi dari target jangka panjang Fed di 2%. Meskipun tren inflasi menurun dibanding tahun lalu, kenaikan harga jasa dan perumahan masih menahan penurunan yang lebih cepat.
Kombinasi kedua faktor ini membuat Fed berhati-hati agar tidak memicu inflasi baru dengan pelonggaran kebijakan yang terlalu cepat, tetapi juga tidak ingin membiarkan resesi menghantam terlalu keras.
Reaksi Pasar Keuangan
Pasar saham Wall Street bereaksi positif namun terbatas terhadap keputusan ini. Indeks Dow Jones naik 0,6%, sementara S&P 500 menguat 0,4%. Namun, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun justru naik tipis karena pelaku pasar menilai kemungkinan jeda pemotongan berikutnya akan cukup lama.
Nilai tukar dolar AS sempat menguat terhadap euro dan yen, sebelum melemah tipis karena ekspektasi likuiditas yang lebih longgar. Harga emas juga menguat 1,2% karena suku bunga yang lebih rendah membuat aset tanpa imbal hasil seperti emas menjadi lebih menarik.
Dampak ke Pasar Kripto
Komunitas kripto memantau ketat pengumuman ini. Biasanya, pemotongan suku bunga dipandang positif karena likuiditas yang lebih besar bisa mengalir ke aset berisiko termasuk Bitcoin, Ethereum, dan altcoin lainnya. Harga Bitcoin melonjak sekitar 3% dalam 24 jam terakhir pasca pengumuman, menembus level $67.000.
Namun, analis memperingatkan bahwa jika perekonomian terus melemah, investor bisa beralih ke aset yang lebih aman. Volatilitas di pasar kripto berpotensi meningkat. Beberapa trader menyebutkan bahwa arah harga Bitcoin selanjutnya akan sangat bergantung pada data tenaga kerja bulan depan dan angka inflasi terbaru.
Dimensi Politik: Tekanan dari Gedung Putih
Keputusan Fed juga tidak lepas dari dinamika politik. Presiden AS dan beberapa anggota Kongres dari Partai Republik maupun Demokrat mendesak agar Fed memotong suku bunga lebih dalam untuk mendorong pertumbuhan menjelang pemilu mendatang. Namun, Powell menegaskan independensi bank sentral dan menolak untuk membuat keputusan berdasarkan tekanan politik.
“Tugas kami adalah menjaga stabilitas harga dan lapangan kerja maksimum, bukan memenangkan pemilu,” tegas Powell, yang pernyataannya ini disambut positif oleh kalangan ekonom tetapi memicu perdebatan di media sosial.
Perbandingan dengan Siklus Sebelumnya
Langkah Fed kali ini mengingatkan pada siklus pemotongan suku bunga tahun 2019, ketika Fed menurunkan suku bunga secara bertahap untuk mengantisipasi perlambatan akibat ketegangan perdagangan dengan Tiongkok. Bedanya, kali ini inflasi masih relatif tinggi sehingga ruang gerak Fed lebih terbatas.
Beberapa analis berpendapat bahwa Fed sedang berjalan di atas tali tipis — jika terlambat memotong suku bunga, risiko resesi meningkat, tetapi jika terlalu cepat, inflasi bisa kembali melonjak. Oleh karena itu, banyak yang memperkirakan pemotongan berikutnya mungkin baru dilakukan pada kuartal pertama 2026 kecuali ada data ekonomi yang jauh lebih buruk.
Implikasi Global
Keputusan Fed selalu berdampak global karena dolar AS menjadi mata uang cadangan dunia. Negara-negara berkembang yang memiliki utang dalam dolar mungkin mendapat sedikit ruang napas karena biaya pinjaman menurun. Namun, volatilitas mata uang tetap perlu diwaspadai. Rupiah, misalnya, menguat tipis ke level Rp 15.200 per dolar AS setelah pengumuman.
Kesimpulan
Pemotongan suku bunga pertama Fed di 2025 memberi sinyal bahwa bank sentral siap mendukung pertumbuhan, tetapi tidak akan bertindak agresif tanpa alasan kuat. Powell menegaskan pendekatan berbasis data, dan itu berarti pelaku pasar harus terus mencermati rilis ekonomi mendatang.
Bagi investor, ini saat yang tepat untuk tetap disiplin, menjaga diversifikasi portofolio, dan mengantisipasi volatilitas jangka pendek. Bagi dunia kripto, sinyal dovish dari Fed bisa menjadi katalis positif, tetapi ketidakpastian ekonomi global tetap menjadi risiko utama.
Laporan ini disusun untuk memberikan pemahaman menyeluruh tentang kebijakan moneter terbaru Fed, implikasi politik, serta dampaknya bagi pasar tradisional dan aset digital.
Post a Comment for "Fed Potong Suku Bunga 25 bps, Powell Tegaskan Tidak Terburu-buru Lanjutkan Pemotongan"