Youtube

KAI Tanggung Kerugian Hampir Rp5 Triliun dari Operasional Kereta Cepat Whoosh

Jakarta — PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI menghadapi tantangan besar sejak dimulainya operasional kereta cepat Whoosh pada Oktober 2023. Berdasarkan laporan keuangan semester I-2025, perusahaan mencatat kerugian hampir mencapai Rp1 triliun dari pos asosiasi dan ventura bersama di PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), konsorsium pengelola Whoosh. Angka itu jika disetahunkan setara sekitar Rp1,9 triliun, mendekati kerugian penuh tahun 2024 yang mencapai Rp2,69 triliun. Total kerugian akumulatif sejak pertama kali beroperasi kini hampir menyentuh Rp5 triliun.

KAI Tanggung Kerugian Hampir Rp5 Triliun dari Operasional Kereta Cepat Whoos
KAI Tanggung Kerugian Hampir Rp5 Triliun dari Operasional Kereta Cepat WhoosH


Rincian Kerugian

KAI tercatat memiliki porsi kepemilikan sebesar 58,53% di PSBI, sehingga beban kerugian terbesar dari proyek ini ditanggung langsung oleh perusahaan pelat merah tersebut. Laporan keuangan per Juni 2025 menunjukkan nilai kerugian bersih KAI dari WHOOSH mencapai Rp951,48 miliar dalam enam bulan pertama tahun ini. Jika tren ini terus berlanjut, angka kerugian tahunan tidak jauh berbeda dengan tahun lalu.

Besarnya kerugian ini menambah beban keuangan KAI, terutama karena WHOOSH masih dalam fase awal pengoperasian di mana biaya investasi, pemeliharaan, serta beban operasional lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh.

Penyebab Kerugian

Ada beberapa faktor utama yang membuat operasional WHOOSH hingga kini masih merugi:

  1. Beban Investasi Awal yang Sangat Besar — Pembangunan proyek kereta cepat pertama di Indonesia ini menelan biaya ratusan triliun rupiah dengan porsi signifikan berasal dari pinjaman luar negeri, khususnya dari Tiongkok.
  2. Jumlah Penumpang Belum Optimal — Meskipun antusiasme masyarakat cukup tinggi di awal peluncuran, okupansi kursi kereta cepat belum mencapai target yang diharapkan untuk menutup biaya operasional.
  3. Persaingan Moda Transportasi — Kereta cepat masih bersaing dengan moda transportasi lain seperti pesawat, kereta konvensional, dan jalan tol. Tarif tiket yang relatif tinggi menjadi salah satu tantangan besar.
  4. Biaya Pemeliharaan dan Operasional — Sebagai kereta berteknologi tinggi, biaya perawatan dan pemeliharaan jalur, stasiun, serta rangkaian kereta membutuhkan alokasi dana yang sangat besar.

Dampak terhadap Keuangan KAI

Kerugian yang ditanggung KAI dari WHOOSH membuat kondisi keuangan perusahaan menjadi lebih berat. Sementara KAI juga sedang fokus memperkuat proyek lain, termasuk peningkatan layanan kereta jarak jauh, komuter, hingga digitalisasi sistem tiket dan manajemen operasional. Beban dari WHOOSH dikhawatirkan akan mengurangi ruang fiskal perusahaan dalam mengembangkan layanan inti yang selama ini menopang pendapatan KAI.

Meski demikian, manajemen KAI tetap optimis bahwa dalam jangka panjang WHOOSH akan memberikan kontribusi positif, terutama dengan meningkatnya kebutuhan mobilitas masyarakat di koridor Jakarta–Bandung dan potensi pengembangan jalur lanjutan ke arah timur Jawa.

Strategi Penyelamatan dan Optimalisasi

Untuk mengurangi kerugian dan memperbaiki kinerja WHOOSH, sejumlah strategi tengah disiapkan, di antaranya:

  • Penyesuaian Tarif — Evaluasi tarif tiket agar lebih kompetitif dengan moda transportasi lain.
  • Peningkatan Konektivitas — Memperkuat akses transportasi pendukung dari dan menuju stasiun kereta cepat agar lebih mudah dijangkau penumpang.
  • Promosi dan Edukasi Publik — Mendorong masyarakat untuk lebih mengenal manfaat dan keunggulan kereta cepat sebagai moda transportasi masa depan.
  • Rencana Ekspansi Rute — Mempersiapkan jalur perpanjangan agar jangkauan penumpang semakin luas dan volume pengguna meningkat signifikan.

Proyeksi Jangka Panjang

Walaupun saat ini WHOOSH masih mencatat kerugian, pemerintah dan KAI meyakini proyek ini akan memberikan manfaat ekonomi besar dalam jangka panjang. Keberadaan kereta cepat diharapkan mampu memicu pertumbuhan ekonomi di kawasan Jakarta–Bandung melalui sektor pariwisata, bisnis, dan investasi infrastruktur.

Selain itu, WHOOSH juga dianggap sebagai proyek percontohan bagi masa depan transportasi Indonesia yang lebih modern, ramah lingkungan, dan efisien. Jika pengoperasian dapat lebih optimal dan jumlah penumpang terus bertambah, kerugian yang ada perlahan akan berkurang hingga pada akhirnya bisa mencatatkan keuntungan.

Kesimpulan

Sejak pertama kali dioperasikan pada Oktober 2023, kereta cepat WHOOSH memang masih menghadapi banyak tantangan, baik dari sisi finansial maupun operasional. Kerugian hampir Rp5 triliun yang ditanggung KAI menjadi cerminan beratnya beban investasi dan realitas operasional transportasi modern di Indonesia. Namun, dengan strategi optimalisasi dan dukungan penuh pemerintah, harapannya kereta cepat pertama di Indonesia ini bisa benar-benar memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan di masa depan.

Kisah WHOOSH adalah pelajaran penting tentang bagaimana proyek infrastruktur raksasa tidak hanya dinilai dari kerugian jangka pendek, tetapi juga dari potensi besar yang bisa diwujudkan dalam jangka panjang. Kini, tantangan terbesar ada pada bagaimana KAI bersama pemerintah mampu mengubah kereta cepat ini menjadi aset strategis bangsa, bukan sekadar beban keuangan.

Post a Comment for "KAI Tanggung Kerugian Hampir Rp5 Triliun dari Operasional Kereta Cepat Whoosh"