Youtube

Bocil Jadi Motivator? Ya Ampun, Santai Aja Lah!

Navigasiin - Jakarta – Dunia digital kembali ramai, bukan karena politik atau skandal artis, tapi gara-gara seorang bocah yang tampil layaknya motivator kawakan. Bocil ini duduk santai di sebuah kafe, mengenakan kaos penuh corak, topi karakter kartun, dan celana jorts, dengan pose yang tak main-main—seolah dia CEO muda yang baru saja closing proyek miliaran.

Bocil Jadi Motivator? Ya Ampun, Santai Aja Lah!
Bocil Jadi Motivator? Ya Ampun, Santai Aja Lah!


Sontak, kehadiran sang bocil ala motivator ini bikin geger media sosial. Banyak warganet yang langsung tersulut emosinya, bukan karena penampilan sang bocah, tapi karena... gaya dan sikapnya yang "terlalu dewasa", bahkan melebihi usia dan gajian rata-rata penontonnya. Komentar pun bermunculan: 

“Siapa sih bocil ini? Sok banget!”
“Baru belajar tabung air udah kayak coach hidup!”
“Ngomongnya mirip-mirip motivator TikTok, tapi ini... masih bocah!”

Ya, memang. Bocil ini bukan Timothy Ronald, bukan pula motivator kawakan. Tapi justru itu yang menarik.

Sindiran Elegan untuk Motivator Palsu


Daripada kita naik darah, mari jujur sejenak: apa yang dilakukan bocah ini, sebenarnya adalah sindiran yang sangat halus—kalau tidak mau dibilang brutal—terhadap tren motivator dadakan yang menjamur di media sosial. Tahu kan yang model-model kayak:

    • “Tidur itu untuk pecundang.”
    • “Bangun jam 3 pagi demi mimpi.”
    • “Ngopi tanpa visi, hidup tanpa misi.”

Lalu sekarang kita lihat, bocil juga bisa melakukannya. Gaya bicara dibuat serius, ekspresi dibuat sok sibuk, lalu celotehan tentang kesuksesan dilontarkan tanpa konteks. Dan ajaibnya, kita yang nonton bisa emosional.

Ini jelas bukan salah si bocil. Anak ini cuma meniru apa yang dilihat di sekitarnya. Ironisnya, yang ditiru bukan Elon Musk atau B.J. Habibie, tapi motivator internet yang kadang tak lebih dari aktor konten yang menjual rasa percaya diri kosong.

Kita Harusnya Tertawa, Bukan Marah


Justru di sinilah letak komedinya. Kita sebagai orang dewasa yang “katanya” lebih bijak malah kesal sama anak kecil yang sedang bermain peran. Padahal, ya sudah... anggap saja ini hiburan.

Bocil itu bukan sedang menggurui kita—dia hanya menirukan apa yang dianggap keren hari ini: gaya hidup hustle culture, omongan sok dewasa, dan ilusi kesuksesan instan. Jadi kalau kita merasa tersindir, mungkin memang ada sesuatu dalam diri kita yang belum selesai.

Akhir Kata: Dukung Aja Lah


Kita seharusnya mendukung bocah seperti ini, yang punya keberanian tampil dan mencoba sesuatu yang di luar kebiasaannya. Walau omongannya masih mentah dan kadang bikin ngelus dada, tapi setidaknya dia belajar untuk percaya diri, tampil di depan umum, dan... membuat kita semua berpikir.

Mau itu karena gemas, geli, atau bahkan kesal—reaksi kita adalah bukti bahwa kontennya berhasil.

Jadi daripada mencaci, lebih baik kita dukung saja si bocil motivator ini. Anggap dia sebagai refleksi lucu dari zaman ini, di mana siapa pun bisa jadi motivator—asal punya kamera, keyakinan tinggi, dan outfit yang cukup nyentrik. Dan ingat:

Kadang bocil cuma main-main... tapi kritik sosialnya lebih dalam dari podcast penuh jargon.

Post a Comment for "Bocil Jadi Motivator? Ya Ampun, Santai Aja Lah!"