Review Candi Muara Takus di Provinsi Riau
Navigasi Info - Candi Takus, salah satu destinasi favorit lho, karena candi Buddha ini adalah satu-satunya candi peninggalan sejarah di Riau yang bisa Kamu kunjungi bersama keluarga. Destinasi wisata ini ada di Desa Muara Takus Kecamatan Koto Kampar XIII, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Candi Muara Takus adalah situs candi tertua di Sumatra, merupakan satu-satunya situs peninggalan sejarah yang berbentuk candi di Riau. Candi yang bersifat Buddhis ini merupakan bukti bahwa agama Buddha pernah berkembang di kawasan ini.
Candi ini dibuat dari batu pasir, batu sungai dan batu bata. Berbeda dengan candi yang ada di Jawa, yang dibuat dari batu andesit yang diambil dari pegunungan. Bahan pembuat Candi Muara Takus, khususnya tanah liat, diambil dari sebuah desa yang bernama Pongkai, terletak kurang lebih 6 km di sebelah hilir situs Candi Muara Takus.
Nama Pongkai kemungkinan berasal dari Bahasa Tionghoa, Pong berati lubang dan Kai berarti tanah, sehingga dapat bermaksud lubang tanah, yang diakibatkan oleh penggalian dalam pembuatan Candi Muara Takus tersebut.
Bekas lubang galian itu sekarang sudah tenggelam oleh genangan waduk PLTA Koto Panjang. Namun dalam Bahasa Siam, kata Pongkai ini mirip dengan Pangkali yang dapat berarti sungai, dan situs candi ini memang terletak pada tepian sungai.
Bangunan utama di kompleks ini adalah sebuah stupa yang besar, berbentuk menara yang sebagian besar terbuat dari batu bata dan sebagian kecil batu pasir kuning. Di dalam situs Candi Muara Takus ini terdapat bangunan candi yang disebut dengan Candi Tua, Candi Bungsu, Stupa Mahligai serta Palangka. Selain bangunan tersebut di dalam komplek candi ini ditemukan pula gundukan yang diperkirakan sebagai tempat pembakaran tulang manusia. Sementara di luar situs ini terdapat pula bangunan-bangunan (bekas) yang terbuat dari batu bata, yang belum dapat dipastikan jenis bangunannya.
KEKURANGAN
Berbeda dengan Candi Borobudur di Magelang atau Candi Prambanan di Klaten, Candi Muara Takus di Kampar, Riau termasuk salah satu situs peninggalan sejarah yang selama ini kurang (kalau tidak boleh dikatakan tidak) mendapat perhatian.
Akibatnya, selain kurang terawat, banyak benda-benda bersejarah yang terdapat di areal candi raib atau hilang dicuri tangan-tangan tak bertanggungjawab. Bahkan, menurut pengakuan masyarakat di sekitar candi, sering orang datang pada malam hari ke areal candi hanya untuk mencuri benda-benda bersejarah. Sampai ada yang datang menggunakan truk untuk mengangkut barang-barang yang mungkin menurut masyarakat setempat tidak berharga, tapi memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi di mata para arkeolog.
KELEBIHAN
Candi Muara Takus merupakan salah satu bangunan suci agama Budha yang ada di Riau. Ciri yang menunjukkan bangunan suci tersebut merupakan bangunan agama Budha adalah stupa. Bentuk stupa sendiri berasal dari seni India awal, hampir merupakan anak bukit buatan yang berbentuk setengah lingkaran tertutup dengan bata atau timbunan dan diberi puncak meru. Stupa adalah ciri khas bangunan suci agama Budha dan berubah-ubah bentuk dan fungsinya dalam sejarahnya di India dan di dunia Budhisme lainnya. Berdasarkan fungsinya stupa dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
- Stupa yang merupakan bagian dari sesuatu bangunan.
- Stupa yang berdiri sendiri atau berkelompok tetapi masing-masing sebagai bangunan lengkap.
- Stupa yang menjadi pelengkap kelompok selaku candi perwara.
Berdasarkan fungsi di atas dapat disimpulkan bahwa bangunan di kompleks Candi Muara Takus menduduki fungsi yang kedua, yaitu stupa yang berdiri sendiri atau berkelompok tetapi masing-masing sebagai bangunan lengkap.
Arsitektur bangunan stupa Candi Muara Takus sendiri sangatlah unik karena tidak ditemukan di tempat lain di Indonesia. Bentuk candi ini memiliki kesamaan dengan stupa Budha di Myanmar, stupa di Vietnam, Sri Lanka atau stupa kuno di India pada periode Ashoka, yaitu stupa yang memiliki ornamen sebuah roda dan kepala singa, hampir sama dengan arca yang ditemukan di kompleks Candi Muara Takus.
Patung singa sendiri secara filosofis merupakan unsur hiasan candi yang melambangkan aspek baik yang dapat mengalahkan aspek jahat atau aspek ‘terang’ yang dapat mengalahkan aspek ‘jahat’. Dalam ajaran agama Budha motif hiasan singa dapat dihubungkan maknanya dengan sang Budha, hal ini terlihat dari julukan yang diberikan kepada sang Budha sebagai ‘singa dari keluarga Sakya’. Serta ajaran yang disampaikan oleh sang Budha juga diibaratkan sebagai ‘suara’ (simhanada) yang terdengar keras di seluruh penjuru mata angin.
FASILITAS
perlu waktu dalam menyediakan aksesibilitas, atraksi dan fasilitas memadai bagi kenyamanan wisatawan yang berkunjung kesana
komplek candi juga ada beberapa tempat penjual makanan ringan dan minuman dan tidak perlu panik kalau di tengah teriknya panas merasa kehausan. "Toiletnya juga lumayan bersih dan juga ada musala.
CINDERA MATA
ditempat wisata sudah pasti ada cindera mata atau oleh-oleh khas dari daerah yang kita kunjungi tak terkecuali di kawasan wisata candi muara Takus yang mana sebagai berikut :
Lempuk Durian
Lempuk durian merupakan salah satu makanan khas Riau yang terbuat dari durian. Durian yang memiliki rasa dan aroma yang khas ini membuat para penggemarnya tidak akan melewatkan panganan olahan dari durian. Lempuk yang merupakan salah satu makanan yang terbuat dari durian ini dibuat dengan cara seperti dodol.
Bahan utama dari dodol atau lempuk ini adalah durian. Teksturnya yang khas yaitu liat ini memang termasuk cukup khas. Rasa manis dan gurih berpadu dengan aroma harum khas durian yang tidak bisa dilepaskan begitu saja. Lempuk durian ini sudah menjadi oleh-oleh khas Pekanbaru yang wajib untuk dibawa pulang jika kamu berkunjung ke Pekanbaru.
Sebagai rekomendasi, kamu bisa memilih yang paling populer, yakni lempuk durian khas Bengkalis. Daerah Bengkalis merupakan daerah penghasil durian paling banyak. Tidak heran jika kamu dengan mudah bisa menemukan lempuk durian khas Bengkalis ini sebagai makanan khas Pekanbaru yang wajib kamu cicipi untuk kamu bawa pulang.
Posting Komentar untuk "Review Candi Muara Takus di Provinsi Riau"