Mengenal Keraton Amantubillah di Kalimantan Timur

Navigasi Info - Secara administratif Keraton Amantubillah terletak di Desa Pedalaman, Kecamatan Mempawah Timur, tepatnya terletak di koordinat UTM Zona 49 N 273095 mE, 41038 mU dengan ketinggian 4 mdpl. Secara geografis Keraton Amantubillah berbatasan dengan Sungai Mempawah di sebelah utara dan barat, sebelah selatan berbatasan dengan rumah penduduk, kemudian sebelah timur berbatasan dengan rumah penduduk dan Benteng Kota Batu.

Mengenal Keraton Amantubillah di Kalimantan Timur
Mengenal Keraton Amantubillah di Kalimantan Timur


Seperti halnya keraton-keraton yang terdapat di Kalimantan Barat, Keraton Amantubillah terletak di pinggir sungai berjarak sekitar 100 meter ke arah utara dan sebelah barat sekitar 150 meter dari Sungai Mempawah. Akses menuju ke lokasi dapat menggunakan roda empat maupun roda dua dengan jarak sekitar 2-3 Km dari pusat Kota Mempawah dengan waktu tempuh sekitar 10-25 menit. Keraton Amantubillah pertama kali didirikan oleh Panembahan Ibrahim Muhammad Syafiuddin antara tahun 1864 - 1892. Penamaan “Amantubillah” memiliki arti beriman kepada Allah.



Berdasarkan informasi, Keraton Amantubillah merupakan keraton kedua yang didirikan kembali karena keraton sebelumnya terbakar. Informasi yang diperoleh, penyebab kebakaran terdiri banyak versi, beberapa mengatakan keraton terbakar akibat kelalaian, versi lainnya keraton sengaja dibakar untuk menghindari penjarahan kerajaan lain atau dibakar oleh kerajaan lain saat terjadi peperangan.

Keraton Amantubillah diresmikan oleh Penembahan Taufik Accamadin pada tahun 22 November 1992/12 Rabiul Awal 1314 H. Keraton Amantubillah sampai saat kegiatan berlangsung difungsikan sebagai rumah tinggal oleh keturunan Kerajaan Mempawah sehingga kondisi Keraton Amantubillah terawat dengan baik.

Keraton Amantubillah dikelilingi oleh pagar beton dengan luas lahan 12.168 m2. Pintu gerbang terletak di sisi selatan terbuat dari besi, memasuki pintu gerbang, terdapat halaman yang ditanami dengan pepohonan perindang dan dihiasi 12 meriam. Dua meriam terletak di samping depan dan sepuluh meriam lainnya diletakkan berjajar di kanan dan kiri jalan masuk. Jalan masuk menuju istana dari pintu gerbang berjarak 6 meter sampai tangga depan bangunan utama.

Jalan masuk tersebut terbuat dari beton yang dilapisi dengan ubin.

Halaman belakang keraton terletak di sisi utara bangunan berbatasan langsung dengan Sungai Mempawah di sebelah utara. Pada halaman tersebut terdapat kolam permandian yang dibangun oleh Permaisuri Penembahan Taufik Accamaddin. Tepat di pinggir Sungai Mempawah terdapat gazebo.

Keraton Amantubillah memiliki luas 47,96 x 34,89 meter dan memiliki konstruksi rumah panggung berkayu ulin (Eusideroxylon Zwageri) atau biasa disebut kayu Belian. Keraton Amantubillah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu Bangunan Utama, Bangunan Pendopo disebelah kiri dan Bangunan Pendukung di sebelah kanan bangunan utama.

Bangunan Utama berfungsi sebagai tempat singgasana dan tempat tinggal sultan beserta keluarganya, sedangkan bangunan pendukung yang terletak sebelah kiri bangunan utama difungsikan sebagai dapur dan ruang makan, sedangkan bangunan pendopo yang terletak di sebelah kanan bangunan utama difungsikan sebagai tempat pertemuan dan atau tempat yang berhubungan dengan keperluan administrasi pemerintahan. Berdasarkan ruangnya Keraton Amantubillah terdiri dari 17 ruang.

Mengakses ruang Keraton Amantubillah terdapat tangga berjumlah 3 buah anak tangga menuju beranda depan. Beranda depan terdapat pagar yang bersambung dengan pagar beranda samping, di tengah beranda menuju pintu utama terdapat meriam berukuran kecil.

Ruang utama Keraton Amantubillah biasa disebut dengan Balairung berbentuk huruf L. Pada sisi utara Balairung terdapat singgasana raja, kursi tamu di sisi timur dan terdapat lukisan serta foto dari keluarga kerajaan di sekeliling dinding ruang utama. Pada sisi timur ruang utama terdapat ruang yang dulunya berfungsi sebagai kamar tidur raja.

Saat ini difungsikan sebagai ruang koleksi benda-benda kerajaan, seperti bekas ranjang raja, senjata, pakaian dan keramik. Sisi utara ruang koleksi terdapat ruangan lainnya yang juga difungsikan sebagai ruang koleksi, diantaranya senjata (tombak), payung kerajaan dan meriam Sigonda (meriam yang dibawa oleh Opu Daeng Manambong ketika tiba di Mempawah) dan terdapat tangga untuk mengakses loteng keraton.

Keraton Amantubillah memiliki 27 buah pintu yaitu 9 buah pintu utama, 4 buah pintu transisi, 13 buah pintu kamar, 1 buah pintu gazebo yang terletak di sisi barat bangunan utama.

Mengakses ruang utama Keraton Amantubillah dapat melalui 8 pintu. 3 buah pintu terletak di bagian depan tepatnya sisi selatan bangunan, akses lainnya dapat melalui 1 buah pintu samping kiri (timur) melalui beranda samping dan terakhir melalui pintu samping kanan (barat) berjumlah 4 buah.

Jendela pada Keraton Amantubillah hanya terdapat pada bagian belakang bangunan utama dan bagian depan dan samping bangunan pendukung.

Pada bagian belakang bangunan utama terdapat 18 buah jendela, yang memiliki dua daun jendela dengan bukaan ke arah luar.

Sedangkan jendela pada bangunan pendukung terdapat 3 buah jendela dan di bagian samping terdapat 3 buah jendela. Jendela bagian depan terdiri dari 2 susun jendela yaitu jendela yang terbuat dari kayu dan memiliki dua daun jendela dengan bukaan ke arah luar dan dan jendela yang terbuat dari kaca dengan bukaan ke arah dalam. Sedangkan jendela di bagian samping terdiri dari dua daun jendela dengan arah bukaan ke luar.

Ventilasi pada Keraton Amantubillah terdiri dari beberapa variasi yaitu ventilasi jeruji berbahan besi dan ventilasi jeruji berbahan kayu serta ventilasi ukiran. Ventilasi ukiran terletak di atas setiap pintu bangunan utama, sedangkan ventilasi jeruji terdapat di bagian belakang bangunan utama dan bangunan pendukung. Atap pada Keraton Amantubillah berbentuk gable roof atau lebih dikenal dengan sebutan atap pelana.

Penutup atap Keraton Amantubillah saat ini terbuat dari metal, menurut informasi dulunya atap keraton tersebut terbuat dari atap sirap. Lantai menggunakan kayu ulin, ukuran lantai lebar sekitar 10-15 cm dan tebal sekitar 2-3 cm.

Tiang pondasi atau kolom Keraton Amantubillah terbuat dari kayu ulin. Ragam hias pada Keraton Amantubillah memadukan ragam hias Arab, Melayu dan Bugis. Hal tersebut terlihat dari motif hias bubungan, motif hias pada ventilasi, dan motif hias pada pagar depan.

Motif hias pada bubungan berbentuk ombak beriring, sedangkan motif pada lisplang menunjukkan bentuk bunga melati dan pakis. Di bagian bubungan juga menunjukkan adanya pemakaian motif bintang delapan sudut, dan motif flora.

Motif flora yang banyak digunakan antara lain melati, pakis, kenanga, cengkeh, dan sulur-suluran.

Hiasan pada ventilasi pengaplikasian motif Bunga Walet, dan pagar bagian depan mengaplikasikan motif gada dan motif padi.

Sumber : Dok. BPCB Kalimantan Timur
Dinas Pendidikan Pemuda Olah Raga dan Pariwisata Kabupaten Mempawah
navigasiin
navigasiin navigasiin adalah portal Situs Berita Berbahasa Indonesia yang menyajikan berita terkini terpercaya sebagai petunjuk inspirasi anda

Posting Komentar untuk "Mengenal Keraton Amantubillah di Kalimantan Timur"